Mohon tunggu...
Faridhian Anshari
Faridhian Anshari Mohon Tunggu... -

Seorang spectator sedari kecil yang "kebetulan" menjadikan sepakbola sebagai teman dan ramuan dalam eksperimen ajaibnya.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Secuil Memori dari 16 Hari Bermain Bersama Asia

5 September 2018   16:36 Diperbarui: 5 September 2018   16:46 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Skor 2-2 (yang disamakan dengan cara dramatis oleh Stefano Lilipaly pada injury time dimenit 90+4) dibawa hingga babak perpanjangan waktu dan adu penalti. Tapi kali ini keberuntungan bukan milik garuda muda. 

Tendangan milik dua punggawa indonesia, Saddil Ramdani dan Septian David Maulana gagal menembus gawang Alshamsi Mohammad dalam babak tos-tosan. Skor 5-6 menjadi milik Uni emirat Arab. Indonesia tersingkir, namun kali ini tidak ada warganet yang mengecam hingga mengutuk. Mungkin sudah mulai terbiasa. Masih beruntung bisa sampai 16 besar.

7. Tiket Oh tiket, Dicari hingga dicaci maki.

gambar diambil dari industry.co.id
gambar diambil dari industry.co.id
Antusiasme yang besar dari masyarakat Indonesia, cukup didukung dengan gegap gempitanya Gelora Bung Karno yang disulap menjadi pagelaran musik, olahraga, dan hiburan yang luar biasa. Java Jazz yang cuma "bemodal" musik, disempurnakan oleh Asian FEST yang diciptakan di GBK. 

Fantasistis dan murah. Dua kata yang menggambarkan betapa kerennya Asian Games untuk warga yang hanya ingin datang untuk berhura-hura. Hanya bermodal Rp 10.000, segala macam kelas masyarakat dapat dengan mudahnya melenggang masuk ke kawasan GBK. 

Namun, selalu ada masalah yang seperti ditutupi dari gegap gempita nya sebuah event. Kali ini urusan tiket. Yup, tiket, secarik kertas yang bervariatif harganya dari 50 ribu rupiah hingga 300 ribu rupiah demi menonton cabang olahraga yang diidam-idamkan. Berapapun harganya, kalau memang diinginkan pasti akan di jabanin. Terbukti dari melingkarnya ribuan warga yang rela mengantre untuk menonton cabang olahraga populer, seperti badminton dan sepakbola. 

Harapan akan memperoleh tiket karena sudah mengantre sebelum loket buka, hanya tinggal harapan. Ratusan warga kecewa karena jumlah tiket yang dijanjikan tiba-tiba ludes dalam waktu sekejap. 

Sebenarnya INASGOC selaku panitia Asian Games, sudah membuka dua jalur untuk memesan tiket pertandingan. Lewat Offline (yaitu mengantre langsung) maupun lewat online yang bekerjasama dengan beberapa toko online yang cukup populer di telinga masyarakat kita. Namun, kenyataannya masalah tiket tidak menemui ujung pangkal yang berarti. 

Selalu saja kehabisan baik itu online maupun offline. Sehingga timbul lah dugaan seperti calo yang serakah, hingga tiket yang diberikan cuma-cuma kepada pihak sponsor hingga orang-orang "penting" yang dekat dengan panitia. 

Tuduhan yang tidak berujung, namun akhirnya sempat mendapat teguran dari pihak komite olimpiade yang sedikit merasakan soal tiket yang tiba-tiba raib secepat kilat. Mau berapa pun harganya, tiket Aisan Games pasti akan selalu diincar oleh warga yang ingin menonton langsung untuk memberikan semangat kepada atlit tanah air, tapi tiket selalu ada jatahnya. Jatah untuk orang biasa maupun untuk orang yang "luar biasa".

8. Jojo, Dari Six Pack Hingga The Next Taufik Hidayat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun