Mohon tunggu...
Thamrin Dahlan
Thamrin Dahlan Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang Purnawirawan Polri. Saat ini aktif memberikan kuliah. Profesi Jurnalis, Penulis produktif telah menerbitkan 24 buku. Organisasi ILUNI Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Mott Menulis Sharing, connecting on rainbow. Pena Sehat Pena Kawan Pena Saran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gempa Menggetarkan Hati Yang Nyaris Mati

23 Januari 2018   19:16 Diperbarui: 24 Januari 2018   09:22 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 Catatan budaya terkait gempa tentu tidak bernuansa  politik.  Gempa adalah gerakan kerak bumi menggoyang tanah dan lautan   bersumber kekuatan luar biasa dari Tuhan Yang Maha Kuasa.  Makhluk  bernama manusia dipastikan tidak mampu mengoyangkan tanah dan segala  sesuatu yang berada diatasnya secara bersamaan.   Gempa sejatinya  mengemparkan dan menakutkan bukan saja binatang dan makhluk lain tetapi  manusia tak pandang pangkat jabatan. Kaya miskin tua muda jendral kopral  presiden ketua rt pimpinan parpol kader artis kondang figuran,  semua  panik luar biasa.

 Gempa datang tanpa pemberitahuan seperti  angin  puting beliung.  Gerakan kulit bumi tiba tiba saja terjadi tak peduli  apakah anak manusia itu sedang merayakan ulang tahun atau sedang ditimpa  musibah karena ada sanak keluarga yang wafat.  Gempa datang tak pakai  permisi kepada Bapak Presiden dan Pak Gubernur bahkan Kapolri atau  Panglima TNI.  Dia datang begitu saja sebagai satu peringatan keras   bagi sesiapa yang masih hidup diatas tanah.

Seperti diberitakan Detik.com 23/1/2018. Gempa 6,1 SR mengguncang Banten dan sekitarnya, termasuk   Jakarta hingga  Bantul, Yogyakarta, pada pukul 13.34 WIB. BMKG   memastikan gempa tersebut  tak berpotensi menimbulkan tsunami.   Kekuatan  guncangan gempa berbeda yakni skala kuat di Jakarta,  Tangerang  Selatan  dan Bogor. Sedangkan kekuatan skala menengah  dirasakan di  Lampung dan  Bantul.

 Kepanikan dan  ketakutan melanda warga di kota metropolitan terutama yang sedang berada  di gedung gedung tinggi.  Seolah olah hutan beton itu melambai lambai  dalam hitungan menit.  Untunglah gedung tinggi itu tidak ada yang patah  pada gempa berkekuatan 6,1 SR.  Hanya saja orang orang didalam gedung  berhamburan keluar menggunakan tangga darurat.  Secepatnya berlari  ketempat paling luas berkumpul di lapangan terbuka yang lebih aman.

 Di zaman now kehadiran smart phone ternyata mempunyai peran penting.   Dalam hitungan detik rekaman peristiwa gempa muncul di media sosial.   Pada suasana kepanikan ternyata netizen masih memberanikan diri merekam  goyangan gempa dimana pun dia berada.  Paling tidak sumbangan rekaman  tersebut memberikan catatan sejarah bahwa sebaran gempa itu memang  sungguh sangat luas dari pusat gempa. 

 Satu hal patut disayangkan  diantara kepanikan massal masih ada oknum iseng  bercanda mengirimkan  gambar hoax.  "Peristiwa ini bukan main main bung, kenapa juga ada yang  mengirim foto patung pancoran" Disana terpampang foto  seorang yang  terjun dari puncak patung yang berada di Jakarta Selatan.  Ini perbuatan  keterlaluan memang.

 Dibalik itu semua patut dibanggakan netizen  yang mengirimkan doa doa keselamatan.  Naskah doa itu masuk ke media  sosial sebagai bentuk ketidak berdayaan  manusia kemudian  memohon  pertolongan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.  Inilah salah satu  bentuk kepedulian dan kesadaran sosial untuk tetap tenang saling  mengingatkan agar tidak panik sehingga tidak  menimbulkan  korban jiwa.   Bermacam perilaku netizen dibalik kepanikan tetapi paling tidak jangan  lah bercanda ria.

 Catatan budaya yang patut di kemukakan disini  adalah ponsel menjadi alat terpenting bagi keluarga untuk saling memberi  informasi.  Seorang ibu bergegas menelpon putra putri kesayangan.  "  Apa kabar nak"? ketika muncul jawaban  " Mama bagaimana, kami  Alhamdulillah baik baik saja cuma kaget banget"   Itulah salah contoh  komunikasi ketika tidak ada keberdayaan menghadapi goyangan bumi.

 Paling tidak bagi yang sedang merayakan ulang tahun dan acara  pernikahan akan menjadi catatan sendiri.  Tahun 2018 ultah saya ada  gempa,  inikah hadiah atau peringatan bagi kita. Semua dikembalikan  kepada setiap insan bagaimana mengambil hikmah dari Gempa. 

  Bisa  jadi Gempa berhasil menggetarkan hati yang telah mati. Tidak lain  maksud Tuhan Yang Maha Bijaksana agar hati itu hidup kembali dalam  bentuk obat untuk bertobat. Mudah mudahan anak manusia bisa menerima  kembali sinyal sinyal kebaikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun