Cerita Minggu Pagi 83
Cerita Minggu Pagi 83
Kemarin, mengunjunginya. Yang terpuruk. Tak lagi mengenaliku. Meski sudah kusebutkan berulang dan tepat di depan hidung bangirnya. Yang ujungnya kerap berembun.
"Ini aku, TS...."
Siapakah TS? Mungkin ingin mengatakan itu. Juga kata-kata lain, yang berarti atau sama sekali tak berarti. Tak penting. Kerna aku mengerti kau sedang dalam pikiranmu. Tentang kita, pada masa-masa itu. Jalan, duduk, berbincang sembari menyeruput embun. Mengisap angin. Dan memandang ke kejauhan. Entah. Pada pagi yang berembun.
Aku mengusap rambutnya yang memutih. Panjang. Dan halus.
"Matamu masih sama, R."
Ia tersenyum berat menjawab desisku.
"Matamu masih seperti yang dulu. Saat kuucapkan tentang masa depan kita."
Bola matanya bergerak.
"Mau kubuatkan secangkir teh."