Untuk kasihnya ....
Aku menyisir rambutku dengan jari-jemariku. Tak memandang ke arah mereka yang menuntaskan lagu itu. Raisa tak segera menghampiriku.
"Malam ini aku jam sepuluhan nyanyi di Dago Tea."
Raisa menyebut sebelum memarkir pantatnya yang bulat.
"Jadi?"
"Abang nggak mau nonton aku?"
Aku menelan ludah.
Ia menungguku.
"Antar aku ...."
"Ya." Dan Raisa sudah mengambil barang bawaanku. Kami melewati Maman, dan meletakkan uang kertas di topi penadah hasil nyanyiannya di resto Sunda itu.
"Hati-hati, Bang. R lagi sensi ...."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!