Deretan pedagang dengan beraneka ragam menu, yang lebih menarik perhatian dibandingkan dengan pakaian yang sering dijumpai di kaki-lima di mana pun pasar. Lha, kok mata ini dibelalakan dengan menu jengkol! Tamita sebagai penggemar jengki itu, langsung membeli. Dan ketika mencicipi …”Hah, kok banyak paitnya ya, Kang,” katanya tentang jengkol yang dipromosikan tidak bau itu. Hahaha.
Dilanjut ke arah dalam. Dan tawaran kian menggiurkan meski sebenarnya kapasitas perut sudah menolak. Maka kacang rebus, intip, opak, peyek diangkut. Dibeli untuk cemilan di Hotel tempat kami menginap. “Es tung-tung! Ya, yang pakai roti!” seru Isson, yang kusepakati. Arum pun sigapmemesannya.
Jadilah menyeruput es berwarna orange sambil mendengarkan pengamen tua dengan rebananya. Dung-dung …plak.
Perdamaian, perdamaian …!
Suara jauh dari Armand Maulana itu pun menggeber di Car Free DayCilegon hingga matahari mulai menyengat. Mengusir … pengamen dengan topeng monyetnya.
Ya, ya, ya!
***