Setiap sudut kafe memberikan suasana seperti kembali ke masa lalu. Saya juga ikut mengenang suasana sekolah ini dulu.
"Ini dulunya kelas 4 kan ya, sebelah ujung sana kelas 6A, sebelahnya lag kelas 6B," kata saya pada anak-anak.
Saya kembali menyusuri ruangan demi ruangan yang melintasi masa itu. Di bagian belakang, dulunya ruang guru berubah menjadi ruangan untuk bersantap. Meja-meja dan kursi-kursi disusun rapi dan ditata apik.
"Toiletnya lebih bagus dibanding dulu," seru anak saya. Ya, iyalah kan masih baru. Mushala masih di posisi yang sama, tapi lebih bagus dan lebih nyaman.
Halaman belakang juga berubah. Di tengahnya ada air mancur berbentuk lingkaran. Sementara halaman depan dipakai untuk parkiran.
Ruang bekas kelas 1, kelas 2, dan kelas 3 masih ditata. Ruang lantai atas juga masih ada, yang biasa dipakai ruang pertemuan. Selasar juga bentukannya masih seperti dulu, hanya sekarang terlihat lebih fresh.
Sedih juga sih sebenarnya melihat perubahan ini. Cagar budaya ini berubah menjadi cafe. Sata belum mendapat informasi lebih jauh apakah ini masih termasuk cagar budaya atau bukan. Karena awalnya, informasi yang beredar, gedung ini akan dijadikan tempat wisata edukasi semacam museum. Eh, ternyata di luar ekspektasi.Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI