Mohon tunggu...
Teti Taryani
Teti Taryani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka menulis. Author novel: Rembulan Merindu, Gerai Kasih, Dalam Bingkai Pusaran Cinta. Kumcer: Amplop buat Ibu, Meramu Cinta, Ilalang di Padang Tandus. Penelitian: Praktik Kerja Industri dalam Pendidikan Sistem Ganda. Kumpulan fikmin Sunda: Batok Bulu Eusi Madu, Kicimpring Bengras.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terkapar dalam Badai Aksara

12 Februari 2023   07:36 Diperbarui: 12 Februari 2023   07:42 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari https://www.canstockphoto.com/land-to-the-ground-dry-cracked-with-54453828.html

Tanpa menunggu jawabanku, Mbak Rika berlalu dari hadapanku. Dia belum mendengar kesanggupanku. Dia juga tak bertanya apakah aku bisa memenuhi permintaannya ataukah tidak. Namun, kepergiannya adalah terjemahan bebas dari kata 'kudu bisa dan kudu selesai sesuai permintaanku'.

Aku menarik napas panjang. Kutekuni lagi laptopku. Tentu dengan konsentrasi yang sedikit berkurang.

Belum lewat lima menit bahkan belum kuketik kalimat yang akan kutuangkan dalam layar laptop, tetiba suara jerit bahagia seorang wanita menabrak pendengaranku. Kupikir dia mendapat undian berhadiah yang tak disangka-sangka.

"Aiih... kamu di sini rupanya, Ten! Dicari-cari di ruang kumpul, ternyata mojok di ruang baca. Perpustakaan sepi, ya? Kok betah, sih? Apa enggak horor?" tanya Nesti dengan mata membulat.

"Ya, enggaklah! Kadang-kadang aku butuh sepi untuk mengerjakan tugasku," jawabku jujur.

"Wah, sampe segitunya! Jangan-jangan kedatanganku ngeganggu konsentrasi, nih!" lanjutnya.

Aku tersenyum sambil menghentikan gerak jemariku yang tengah asyik bercengkrama dengan huruf-huruf di keyboard laptop. Kupaksa menulis beberapa kata kunci agar nanti bisa kulanjutkan jika suasana memungkinkan. Kujeda sambil mengingat-ingat ide yang tadi hendak kutumpahkan pada rangkaian kata dan kalimat. Kupandangi Nesti yang tengah membuka lembar-lembar kertas dalam map hijau yang dibawanya.

"Ini, nih, aku sedang penelitian tentang penerapan administrasi di lapas. Bantuin dong bikin kuesionernya, Ten," pintanya sambil menyerahkan dua tiga lembar kertas berisi kalimat-kalimat yang berisi gambar tabel.

Kutautkan sebentar kelopak mataku. Kupejam mata sambil kelopaknya kutekan dalam-dalam. Hanya bicara dengan hati sendiri. Duh, apalagi ini, ya?

"Bagaimana bisa bikin kuesioner kalau aku enggak tahu administrasi macam mana yang dipakai di lapas itu. Benar-benar enggak kegambar dalam kepalaku itu mah, Nes."

Kutolak langsung permintaan yang tak masuk akal itu. Maksudku, bukankah dia yang melakukan penelitian, tentu dia juga yang tahu hal-hal apa yang harus disampaikan dalam kuesionernya. Aku 'kan sama sekali buta tentang lapas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun