Bukannya berbagi beban secara adil, justru ada yang melempar tanggung jawab ke orang lain.
Ketika semangat kerja hanya sebatas formalitas
Fenomena pekerja yang semangatnya hanya muncul saat absen bukan hal sepele.
Mereka hadir secara fisik, tetapi jiwa produktivitasnya seolah tertinggal di rumah.
Kalimat andalan mereka terdengar seperti slogan tak resmi kantor.
“Kerja, nggak kerja, yang penting masuk presensi (absen).”
Kehadiran orang seperti ini sering menciptakan beban baru. Dibanding menambah stamina kerja, mereka bisa menguras energi rekan-rekannya.
Situasi menjadi semakin berat ketika proyek penting sedang berlangsung. Seharusnya berjalan lancar pekerjaan malah tersendat karena ada satu anggota tim yang tidak sungguh-sungguh.
Di sinilah letak ironi dunia kerja. Sistem absensi seharusnya menjadi pengingat disiplin, tetapi bagi sebagian orang justru dijadikan simbol pencapaian utama.
Mereka merasa sudah melakukan kewajiban hanya dengan menunjukkan jari ke mesin fingerprint.
Padahal esensi bekerja tidak berhenti di sana. Kehadiran harus diikuti dengan kontribusi yang nyata.