Mohon tunggu...
Tesalonika Hsg
Tesalonika Hsg Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Portal Kerja Dibuka Tiap Hari, Tapi yang Dipanggil Tetap Bukan Aku

7 Mei 2025   19:37 Diperbarui: 7 Mei 2025   19:57 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital seperti sekarang, portal kerja menjadi teman sehari-hari bagi para pencari kerja. Aksesnya mudah, pilihannya banyak, dan harapannya besar.

Setiap hari, ribuan orang membuka aplikasi lowongan kerja, mengisi data, memperbarui CV, dan menekan tombol "apply" dengan penuh ekspektasi. 

Namun kenyataannya, tidak semua mendapat panggilan wawancara. Banyak yang hanya menatap layar kosong, tanpa balasan, tanpa kejelasan.

Fenomena ini bukan hanya dialami segelintir orang. Di balik layar laptop dan ponsel, banyak anak muda yang merasa terjebak dalam siklus apply-diam-ditolak.

Mereka aktif melamar kerja setiap hari, namun yang masuk ke email bukanlah kabar gembira, melainkan penolakan otomatis atau bahkan tidak ada kabar sama sekali. 

Hal ini menciptakan tekanan mental yang seringkali tidak terlihat, namun sangat nyata.

Tekanan Sosial dan Realita yang Tak Terucap

Menjadi pengangguran di usia produktif bukan hanya soal tidak punya penghasilan, tetapi juga soal menghadapi ekspektasi sosial. 

Pertanyaan-pertanyaan seperti "Sekarang kerja di mana?" atau "Udah keterima belum?" sering kali terdengar biasa saja, tapi bisa memicu perasaan tidak nyaman. 

Terlebih jika dibandingkan dengan teman sebaya yang sudah bekerja, memiliki penghasilan tetap, dan terlihat mapan secara finansial.

Banyak pencari kerja yang mulai mempertanyakan kemampuan diri sendiri. Muncul rasa cemas, ragu, dan bahkan merasa tidak cukup layak. 

Padahal, tidak mendapatkan panggilan kerja bukan berarti tidak kompeten. 

Ada banyak faktor lain yang memengaruhi proses rekrutmen: jumlah pelamar, kebutuhan perusahaan, sistem ATS (Applicant Tracking System), hingga keberuntungan waktu.

Di sisi lain, media sosial juga memperbesar tekanan tersebut. 

Saat linimasa penuh dengan unggahan teman yang baru bekerja, foto ID card kantor, atau perayaan "first salary", mereka yang belum bekerja bisa merasa tertinggal.

Rasa iri dan minder pun menjadi hal yang sulit dihindari, walaupun tidak diungkapkan secara langsung.

Bertahan di Tengah Ketidakpastian

Meski dihadapkan dengan ketidakpastian, banyak anak muda tetap mencoba untuk bertahan. 

Kita terus mengembangkan diri, mengikuti pelatihan daring, membangun portofolio, bahkan mulai menjajaki pekerjaan lepas atau magang demi menambah pengalaman.

Hal-hal kecil ini menjadi upaya untuk tetap bergerak di tengah kondisi yang stagnan.

Penting untuk diingat bahwa perjalanan karier bukan perlombaan. Setiap orang punya waktu dan jalannya masing-masing.

Beberapa mungkin cepat mendapat pekerjaan, sementara yang lain butuh waktu lebih lama. Tidak ada yang salah dengan keduanya.

Proses mencari kerja yang lama bukan berarti kegagalan. Justru dari proses itulah muncul ketangguhan, kesabaran, dan kemampuan untuk menghadapi realita dengan lebih dewasa.

Selain itu, penting juga untuk menjaga kesehatan mental selama masa pencarian kerja. Memberi waktu untuk istirahat, mengobrol dengan teman yang suportif, dan tetap melakukan hal-hal yang disukai bisa membantu menjaga keseimbangan emosi.

Bagi para pencari kerja yang masih berjuang, penting untuk terus percaya bahwa usaha tidak akan sia-sia. Mungkin hari ini belum ada kabar, tapi bukan berarti besok tidak ada peluang. Dunia kerja memang kompetitif, tapi bukan berarti tidak ada tempat untuk semua orang.

Membuka portal kerja setiap hari bisa terasa melelahkan, tapi itu juga pertanda bahwa semangat masih ada. Dan selama semangat itu tetap hidup, harapan akan selalu menemukan jalannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun