Tidak semua orang bekerja di tempat yang menyenangkan.Â
Ada yang setiap hari harus menarik napas panjang sebelum masuk kerja, membuka laptop, menenangkan diri sebelum membaca pesan dari atasan, atau pura-pura baik-baik saja saat rekan kerja saling menjatuhkan.Â
Lingkungan kerja yang toxic bisa hadir dalam berbagai bentuk, dan sayangnya, tidak semua dari kita bisa langsung keluar dari situasi itu.
Di balik semua tekanan, satu pertanyaan penting muncul: haruskah kita tetap waras di tengah kekacauan yang tidak kita ciptakan sendiri? J
Jawabannya bukan hanya iya, tapi juga harus. Bukan demi orang lain, tapi demi diri kita sendiri.
Komunikasi yang Buruk Bisa Meracuni Segalanya
Salah satu akar dari lingkungan kerja yang tidak sehat adalah komunikasi yang tidak jujur, tidak jelas, dan tidak terbuka.Â
Saat informasi ditahan, saat kritik disampaikan dalam bentuk sindiran, atau saat keberhasilan hanya milik satu pihak, maka rasa percaya di dalam tim mulai runtuh. Dan saat kepercayaan hilang, sulit bagi siapa pun untuk merasa aman.
Bekerja dalam tim seharusnya menjadi ruang kolaborasi, bukan kompetisi tanpa aturan.Â
Namun ketika ego lebih diutamakan dibanding empati, maka yang lahir adalah situasi kerja yang saling menyakiti secara halus.Â