Tahun baru selalu identik dengan resolusi. Semangat membara, daftar panjang target sudah disusun, dan janji-janji manis pada diri sendiri terucap.
Seperti contohnya mulai rajin olahraga dengan 1000 mil, baca 10 buku per tahun, menabung lebih disiplin, atau mungkin sekadar bangun lebih pagi.Â
Namun, seiring berjalannya waktu, realita berbicara lain. Kini kita telah memasuki bulan keempat.Â
Pertanyaannya, bagaimana nasib revolusi awal tahun yang dulu sempat dielu-elukan?
Ketika Semangat Awal Tahun Mulai Memudar
Banyak orang mengawali tahun dengan semangat tinggi. Bulan Januari terasa seperti lembaran baru yang penuh harapan.Â
Gym ramai, aplikasi pencatat keuangan mulai sering digunakan, dan rak buku mulai dipenuhi dengan bacaan inspiratif.Â
Banyak orang mengawali tahun dengan semangat tinggi. Bulan Januari terasa seperti lembaran baru yang penuh harapan.Â
Gym ramai, aplikasi pencatat keuangan mulai sering digunakan, dan rak buku mulai dipenuhi dengan bacaan inspiratif.
Namun, mengapa kebiasaan baik ini perlahan menghilang?Â
Salah satu alasan utama adalah ekspektasi yang terlalu tinggi dan tidak sesuai dengan realita.
Kita ingin melihat hasil instan, tetapi lupa bahwa perubahan membutuhkan proses. Kita menginginkan lebih, tetapi ternyata kita memiliki batasan seperti prioritas lain yang harus diutamakan.
Minggu pertama masih semangat ke gym, tapi begitu otot mulai pegal, scroll TikTok terasa lebih menggoda.Â
Begitu juga dengan menabung; awalnya semangat menyisihkan uang, lalu tiba-tiba ada diskon besar-besaran yang 'terpaksa' dimanfaatkan.Â
Kalender masih menunjukkan bulan Maret, tetapi tekad sudah mulai goyah.
Akhirnya, kebiasaan lama kembali dan resolusi hanya tinggal kenangan. Lebih buruk lagi, muncul rasa tidak puas dan putus asa karena merasa gagal menggapai mimpi tersebut.Â
Padahal, kegagalan di awal bukan berarti akhir dari segalanya. Perjalanan perubahan tidak selalu berjalan lurus dan mulus.
Ada kalanya kita harus berhenti, mengevaluasi, lalu melanjutkan kembali.
Apakah Masih Bisa Dikejar? Tentu Saja!
Kabar baiknya, tidak ada kata terlambat untuk kembali ke jalur yang benar.Â
Resolusi bukan soal harus dimulai pada tanggal 1 Januari dan berakhir ketika gagal di bulan Februari.Â
Jika target awal terasa berat, mungkin saatnya untuk menyesuaikan ekspektasi dan menyusun strategi baru yang lebih realistis.
Coba evaluasi pada diri sendiri, mengapa resolusi itu penting?Â
Jika jawabannya masih relevan, buat langkah-langkah kecil untuk mencapainya. Ingin olahraga lebih rutin? Mulai dari seminggu sekali, bukan langsung lima kali dalam seminggu.Â
Ingin membaca lebih banyak buku? Tak perlu langsung menargetkan 50 buku setahun, cukup 10 halaman sehari sudah progres.
Resolusi tahun baru bukan tentang kesempurnaan, tapi tentang konsistensi dan kemauan untuk terus berusaha.Â
Jadi, bagaimana? Masih mau melanjutkan revolusi awal tahunmu atau hanya membiarkannya menjadi catatan manis yang terlupakan?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI