Siapa yang setuju kalau Ramadan selalu membawa energi baru?
Meski siang hari diisi dengan menahan rasa lapar dan haus, suasana menjelang waktu berbuka justru berubah menjadi semangat membara. Banyak yang memanfaatkannya untuk kegiatan positif, salah satunya olahraga ringan sambil ngabuburit.Â
Fenomena ini mulai menjadi tren di berbagai kota. Taman kota, lapangan, tempat yoga, hingga jalan komplek ramai oleh orang-orang yang berjalan santai, jogging pelan, atau bersepeda sambil menunggu waktu berbuka tiba.
Menariknya, ngabuburit sambil olahraga bukan semata soal menjaga kebugaran fisik. Lebih dari itu, kegiatan ini juga membuka ruang bagi kita untuk membangun koneksi sosial yang lebih hangat. Saat tenaga sudah mulai terbatas, komunikasi justru terasa lebih ringan dan tulus. Di sinilah letak keunikan Ramadan. Dalam keterbatasan energi, kita justru menemukan kekuatan baru untuk saling terhubung.
Kadang, percakapan ringan di bawah langit senja bisa lebih menguatkan daripada pidato panjang di ruang rapat.
Phatic Communication: Obrolan Ringan yang Menguatkan Kebersamaan
Dalam teori komunikasi, dikenal istilah phatic communication. Ini adalah bentuk komunikasi yang tujuannya bukan untuk menyampaikan informasi penting, melainkan menjaga dan mempererat hubungan sosial.Â
Nah, dalam momen ngabuburit sambil olahraga, jenis komunikasi ini sangat terasa. Kalimat seperti "haus nggak?", "buka puasa di mana nanti?", atau "abis ini cari es kelapa yuk" terdengar di mana-mana.Â
Tampaknya sederhana, tapi percakapan seperti itu punya peran besar dalam menjaga kehangatan hubungan.
Ngobrol santai sambil jalan kaki keliling kompleks atau gowes pelan-pelan menjadi cara alami untuk memperkuat rasa kebersamaan. Tidak ada topik berat, tidak ada diskusi serius. Justru suasana santai seperti inilah yang membuat komunikasi berjalan lebih lancar.Â