Mohon tunggu...
Khulfi M Khalwani
Khulfi M Khalwani Mohon Tunggu... Freelancer - Care and Respect ^^

Backpacker dan penggiat wisata alam bebas... Orang yang mencintai hutan dan masyarakatnya... Pemerhati lingkungan hidup... Suporter Timnas Indonesia... ^^

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menilik Hutan Sosial, Benteng Ekonomi di Batas Negara

10 Agustus 2017   14:05 Diperbarui: 20 Februari 2019   09:42 2438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya saya dan Feri yang membawa paspor. Setelah melewati pemeriksaan yang tidak begitu ketat, kami sempatkan melintas ke Lubok Antu, Serawak, sekedar untuk melihat-lihat rumput tetangga.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sama halnya dengan Pak Aden di masa mudanya, rata-rata hampir sepertiga masyarakat angkatan kerja di desa melakukan migrasi ke negara tetangga untuk mencari kerja. Banyak dari mereka yang menjadi tenaga kerja kontruksi, kebun sawit, hutan produksi, berdagang, atau tenaga kerja informal lainnya. Saat gawai atau pesta panen dan hari-hari libur besar agama mereka pulang.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Melalui program hutan sosial, termasuk hutan desa yang didampingi Forclime, tentunya besar harapan untuk bisa meningkatkan daya saing masyarakat desa dan menyerap tenaga kerja di Kapuas Hulu, yang sudah dicanangkan sebagai kabupaten konservasi. Sehingga simbol perkuatan ekonomi di perbatasan tidak hanya sebatas fisik saja, melainkan juga pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar hutan.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Setelah dari Badau kami menuju ke hutan desa Banua Ujung, desa Tamao, desa Labian, desa Labian Ira'ang dan desa Lanjak Deras. Sambutan ramah selalu kami terima dari masyarakat yang ikut menerima program ini, termasuk Kepala Desa, LMDH, fasilitator desa. 

Di sini masyarakat menanam jenis tekam Shorea collina, keladan Dipterocarpus gracillis, puri Mitragyna speciosa, kopi Coffea sp, kakao Theobroma cacao, karet Hevea brasiliensis, gamal Gliricidia sepium dan gaharu Aquilaria sp.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Namun demikian tidak berarti tidak ada kendala dalam program hutan dan perubahan iklim ini. Berdasarkan informasi dari masyarakat sendiri, tidak jarang dari mereka yang masih kurang semangat untuk menanam hutan kembali. Hal ini karena mereka sudah terbiasa memungut semua dari alam. Alam sudah menyediakan semuanya. Untuk itu pendampingan dan sosialisasi harus terus dilakukan, karena zaman telah berubah.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Jika dulu mereka bergantung pada hutan, saat ini hutan bergantung pada mereka. Lahan yang produktif harus terus dibangun tanpa mengabaikan kearifan tradisional. Maka akses kelola hutan desa dan akses pasar adalah jawabannya.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Cerita dari masyarakat Desa Tamao saat obrolan malam kami, proyek pemerintah yang bersifat top down kadang sulit diterima oleh mereka. Sebagai contoh pencetakan sawah baru, lahan yang dipakai kurang berkenan oleh lembaga adat. Irigasinya masih kurang mendukung. Lapisan tanah bagian atas untuk lahan sawah di garuk ke sisi samping dengan alat berat. Padahal menurut masyarakat lapisan inilah yang subur. 

Akhirnya masyarakat enggan menanam dan bantuan pupuk dari pemerintah pusat pun menumpuk di depan kantor kepala desa yang sempat saya singgahi. Benar atau tidaknya cerita tersebut, setidaknya bisa menjadi pelajaran bagi pemerintah yang berniat membantu masyarakat.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Hanya 2 malam kami kembali ke Putusibau. Selanjutnya kami mulai perjalanan naik speedboat ke lokasi DA REDD+ putaran kedua di wilayah Siawan Belidak, dari dermaga di sungai Kapuas, tepat di seberang depan rumah dinas Bupati Kapuas Hulu.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Perlu waktu 2 setengah jam untuk mencapai desa Bunut Hulu dan desa Bunut Tengah, kecamatan Bunut Hilir. Secara umum kondisi fisik topografi areal DA REDD+ Siawan Belidak adalah dataran rendah berupa 30 % rawa gambut, 60 % area pasang surut dan 10 % perairan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun