Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mencuri Tahu Sekilas Cerita Rakyat Karo "Kuda si Tajur", Cerita di Balik Kulcapi

30 Januari 2022   08:57 Diperbarui: 31 Januari 2022   00:02 3851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kulcapi dengan dua senar (Dok. Pribadi)

Namanya pun mencuri tahu, hasil pencurian mungkin tidak utuh. Namun, bukan mencuri dalam arti negatif. Ini adalah pencurian pengenalan akan salah satu peninggalan tradisi Karo dalam kulcapi.

Kulcapi adalah alat musik petik tradisional Karo. Ada keterkaitan alat musik tradisional yang satu ini dengan alat-alat musik lain pada suku Karo.

Dikenal istilah "gendang 3 sendalanen" dalam tradisi musik Karo. Bisa juga dikatakan sebagai perangkat gendang tiga serangkai. Ketiga perangkat itu adalah kulcapi, keteng-keteng, dan mangkuk.

Ini menurut penjelasan seorang generasi muda pegiat musik tradisional Karo ketika memainkan kulcapi pada saat perhelatan suatu pesta adat pernikahan menurut adat Karo. Di samping gendang 3 sendalan itu ada juga gendang 5 sendalanen.

Baca juga: Menatap Masa Depan Alat Musik Tradisional Karo dalam Alunan Musik Pilu

Perangkatnya adalah sarune, gendang singindungi, gendang singanaki, gendang penganak, dan gung. Penggunaan kulcapi bisa disebut adalah sebuah langkah substitusi atas penggunaan belobat dalam gendang 3 sendalanen. Belobat adalah sebuah alat musik tiup tradisional pada suku Karo.

Sebagai perangkat tunggal, kulcapi yang dipetik dulunya digunakan dalam upacara tradisional "erpangir ku lau". Upacara membawa bayi untuk dimandikan ke sungai.

Kulcapi dengan daya fleksibiltasnya terhadap tempo cepat berkaitan dengan perannya untuk membawa penari mengalami "seluk". Itu adalah sebuah tahap dimana sesorang kerasukan roh-roh nenek moyang. Berikut link video YouTube instrumentalia kulcapi yang mengiringi acara peselukken.

Cerita tentang Kuda si Tajur

Ada sebuah kisah cerita rakyat Karo yang lekat dengan eksistensi kulcapi. Cerita rakyat itu berjudul "Kuda si Tajur".

Sekilas kisahnya berdasarkan penuturan Iqbal Sembiring yang dia dapatkan dari bapak Bangun Tarigan. Beliau adalah pemain kulcapi dari generasi yang lebih senior. Sejaman dengan alm. Jasa Tarigan. Lebih senior lagi adalah Tukang Ginting.

Tajur adalah seorang pangeran dan panglima perang. Kisahnya bertalian dengan kisah pernikahannya dan kisah peperangan sesudahnya.

Biasa pada masa lalu seorang jejaka dicarikan jodoh oleh keluarganya. Demikian juga keluarga Tajur mencarikan jodoh untuk dinikahinya.

Banyak dara yang sudah dikenalkan oleh keluarganya. Dari semuanya, Tajur memilih pujaan hatinya seorang dara dari klan marga Torong.

Diaturlah sebuah pesta pernikahan untuk Tajur dan pujaan hatinya. Di sela perhelatan pesta datanglah pembawa kabar bahwa ada musuh yang datang menyerang.

Tajur dalam perannya sebagai seorang panglima perang pun harus segera meninggalkan pesta pernikahannya. Dia memimpin pasukan melawan musuh ke medan perang.

Kisah ini merupakan narasi yang diwakili beberapa bagian dalam permainan kulcapi. Tajur memimpin pasukan dengan menunggang kuda.

Pa Datas Surbakti, seorang pemain kulcapi Karo tempo dulu (Sumber berkas: COLLECTIE TROPENMUSEUM, De bekende mandolinespeler Si Datas van Soerbakti)
Pa Datas Surbakti, seorang pemain kulcapi Karo tempo dulu (Sumber berkas: COLLECTIE TROPENMUSEUM, De bekende mandolinespeler Si Datas van Soerbakti)

Ia harus mencambuki kuda itu berkali-kali karena kudanya enggan bergegas. Barangkali itu adalah sebuah pertanda atas apa yang menimpanya kemudian di medan perang.

Tiga bagian besar dalam permainan kulcapi dalam kuta si tajur ini terdiri atas musik patam-patam, perang-perang, dan tangis. Patam-patam dengan tempo rancak mewakili aksi Tajur memimpin pasukan mendaki dan menuruni bukit menuju medan perang.

Maka, ada dinamika dalam alunan kulcapi yang dimainkan. Bila mendaki suara kulcapi mengecil, dan bila menuruni bukit suara kulcapi meninggi.

Tempo musik semakin cepat manakala kedua kubu pasukan berlaga di medan peperangan. Dalam permainan kulcapi bagian ini disebut perang-perang, dengan tempo lagu mencapai 150.

Naas bagi Tajur, ia pun tertembak dan gugur di medan perang. Bagian selanjutnya dari kulcapi memasuki bagian tangis. Tempo melambat menggambarkan rasa duka dan tangisan.

Keluarga Tajur, bibinya, ibunya, dan istrinya larut dalam tangisan. Alunan musik menyayat hati lewat petikan dawai kulcapi ini adalah irama yang dikenal juga dengan musik "simalungen rayat". Berikut sebuah rekaman audio lagu simalungen rayat yang diiringi kulcapi.


Penggunaan kulcapi dalam kolaborasi dengan musik kontemporer semakin akrab selain karena lebih fleksibel dalam tempo lagu yang dimainkan, juga karena rentang ruas fret kulcapi juga kini semakin panjang. Itu membuat jangkauan kulcapi makin luas mengikuti berbagai chord lagu.

Belajar dengan Mencuri Tahu

Ada satu hal menarik dalam proses transfer ilmu dan regenerasi keahlian bermain kulcapi dari masa lalu. Dalam berbagai hal, orang Karo memiliki rekam jejak panjang sebagai insan yang tidak mudah berterus terang atau terbuka tentang keinginan dan perasaan.

Sebab itu tidak mengherankan bila dalam percakapan adat menggunakan banyak ungkapan dan kata-kata bergata alegoris. Sikap langsung dan terus terang tentang maksud kita bisa berujung penolakan.

Maka strateginya dibawalah gula, roti, dan lain sebagainya sebagai buah tangan. Pertemuan hendaklah dijalin terlebih dahulu sebagai niat untuk bersilaturahmi, sehingga tidak ada resistensi dari orang yang akan diambil perhatiannya.

Begitupun dalam mengungkapkan keinginan belajar bermain kulcapi pada masa lalu, tidak semua ahli kulcapi atau perkulcapi (bhs. Karo) senang berbagi ilmu. Bukan mengatakan mau pelit ilmu, tapi begitulah adanya bahwa guru tidak begitu saja terbuka menyatakan rasa senang mengangkat seseorang menjadi murid.

Namun, ada jembatan dalam menyiasati keadaan ini. Si calon murid juga tidak berputus asa begitu saja. Ada ungkapan-ungkapan bahasa dan kata-kata juga yang bisa digunakan untuk memancing si calon guru untuk mengeluarkan ilmu dan jurus bermain kulcapinya satu persatu.

Jadi secara tersamar sebenarnya si calon murid sudah mencuri ilmu dari sang guru secara tersamar, sadar atau tanpa disadari sang guru. Bisa jadi, pada masa awal-awal, sikap adab dan sopan santun yang hidup di masyarakat itu turut membuat proses transfer ilmu dan regenerasi keahlian bermain kulcapi pada masa dulu kurang mudah untuk berkembang.

Namun, kini semakin banyak anak-anak muda dan generasi muda Karo yang menggemari permainan kulcapi. Tik saja kata kunci kulcapi di YouTube maka kita bisa menemukan banyak sekali.

Kenyataan ini erat hubungannya dengan banyaknya keberadaan sanggar-sanggar seni dan adat budaya Karo di berbagai desa kini. Anak-anak muda yang punya ketertarikan terhadap seni dan budaya mulai kembali menggali kekayaan budaya nenek moyang orang Karo lewat seni tari, bela diri, seni musik, kerajinan tangan, dan lain sebagainya.

Seperti pengalaman Iqbal Sembiring yang bermain kulcapi dan kutemui di sebuah pesta adat pernikahan di desa Lingga hari itu. Kakeknya dulu adalah seorang ahli bela diri Karo di desa Lingga yang disebut pandikar. Sementara itu saudara kakeknya pemain kulcapi.

whatsapp-image-2022-01-30-at-00-21-06-61f6168b4b660d31e653dbe5.jpeg
whatsapp-image-2022-01-30-at-00-21-06-61f6168b4b660d31e653dbe5.jpeg
Kolaborasi kulcapi dan alat musik modern dalam sebuah pesta adat pernikahan suku Karo/dok.youtube/suranta teo 

Keahliannya bermain kulcapi berawal dari kegiatannya berlatih tari tradisional Karo di sanggar seni budaya Karo, Nggara Si Mbelin Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Ada sekitar 6 bulan lamanya ia berlatih tari atau landek (bhs. Karo).

Baca juga: Menatap Masa Depan Peninggalan Budaya Karo dan Secercah Asa dari Desa Lingga

Merasa jenuh berlatih landek saja ia pun mulai beralih ke kulcapi. Butuh waktu bagi dia berlatih kulcapi hingga 1,5 tahun sebelum akhirnya dia mampu tampil ke lapangan seperti mengiringi acara adat pernikahan pada hari kami bertemu.

Sekilas tentang Kulcapi

Alat musik tradisional Karo yang menyerupai gitar kecil dengen bentuk tersendiri itu terbuat dari kayu. Umumnya kayu tualang, ada pula pada masa dulu dibuat dari kayu yang dinamakan kayu raja.

Pada awalnya senar sebagai sumber penghasil bunyi pada kulcapi hanya ada dua. Bahannya terbuat dari serat akar pohon nira. Oleh sebab itu suaranya pun lebih rencah dari bunyi yang dihasilkan kulcapi pada masa kini.

Pada masa lalu tidak ada fret dalam leher kulcapi. Namun kini sudah menggunakan fret agar bisa menyesuaikan dengan chord lagu-lagu yang diiringi pada masa kini.

Karena sukar mendapatkan nada tinggi dan mudah putus, maka dalam perkembangannya senar kulcapi yang dibuat dari serat akar pohon nira digantikan dengan senar yang terbuat dari kawat baja atau nilon.

Lalu ada tunning untuk menyetel ketegangan senar yang kini serupa dengan tunning yang ada pada gitar. Dulunya, tunning pada kulcapi terbuat dari kayu yang disebut pangguh.

Ada berbagai teknik dalam memainkan kulcapi. Iqbal menjelaskan salah satunya yang disebut teknik tonggem, yakni memetik kulcapi sambil membuka dan menutup lubang udara pada badan kulcapi.

Lalu adalagi teknik gendang. Memainkannya butuh dua orang pemain. Satu orang memetik senar dan yang satu orang lagi bermain gendang pada badan kulcapi.

Artikel ini ditulis bukan oleh ahli seni musik tradisional Karo. Diniatkan untuk ikut mendokumentasikan dan membagikan warisan luhur kebudayaan tradisional Karo dalam seni musik yang sayang bila hilang.

Kini keterampilan bermain kulcapi semakin banyak disenangi anak-anak muda Karo. Barangkali karena pada masa kini semakin disadari bahwa keterampilan dan pengetahuan perlu dibagi, karena semakin dibagi akan semakin berkembang, bukannya hilang dicuri.

Mejuah-juah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun