Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mencuri Tahu Sekilas Cerita Rakyat Karo "Kuda si Tajur", Cerita di Balik Kulcapi

30 Januari 2022   08:57 Diperbarui: 31 Januari 2022   00:02 3851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kulcapi dengan dua senar (Dok. Pribadi)

Tempo musik semakin cepat manakala kedua kubu pasukan berlaga di medan peperangan. Dalam permainan kulcapi bagian ini disebut perang-perang, dengan tempo lagu mencapai 150.

Naas bagi Tajur, ia pun tertembak dan gugur di medan perang. Bagian selanjutnya dari kulcapi memasuki bagian tangis. Tempo melambat menggambarkan rasa duka dan tangisan.

Keluarga Tajur, bibinya, ibunya, dan istrinya larut dalam tangisan. Alunan musik menyayat hati lewat petikan dawai kulcapi ini adalah irama yang dikenal juga dengan musik "simalungen rayat". Berikut sebuah rekaman audio lagu simalungen rayat yang diiringi kulcapi.


Penggunaan kulcapi dalam kolaborasi dengan musik kontemporer semakin akrab selain karena lebih fleksibel dalam tempo lagu yang dimainkan, juga karena rentang ruas fret kulcapi juga kini semakin panjang. Itu membuat jangkauan kulcapi makin luas mengikuti berbagai chord lagu.

Belajar dengan Mencuri Tahu

Ada satu hal menarik dalam proses transfer ilmu dan regenerasi keahlian bermain kulcapi dari masa lalu. Dalam berbagai hal, orang Karo memiliki rekam jejak panjang sebagai insan yang tidak mudah berterus terang atau terbuka tentang keinginan dan perasaan.

Sebab itu tidak mengherankan bila dalam percakapan adat menggunakan banyak ungkapan dan kata-kata bergata alegoris. Sikap langsung dan terus terang tentang maksud kita bisa berujung penolakan.

Maka strateginya dibawalah gula, roti, dan lain sebagainya sebagai buah tangan. Pertemuan hendaklah dijalin terlebih dahulu sebagai niat untuk bersilaturahmi, sehingga tidak ada resistensi dari orang yang akan diambil perhatiannya.

Begitupun dalam mengungkapkan keinginan belajar bermain kulcapi pada masa lalu, tidak semua ahli kulcapi atau perkulcapi (bhs. Karo) senang berbagi ilmu. Bukan mengatakan mau pelit ilmu, tapi begitulah adanya bahwa guru tidak begitu saja terbuka menyatakan rasa senang mengangkat seseorang menjadi murid.

Namun, ada jembatan dalam menyiasati keadaan ini. Si calon murid juga tidak berputus asa begitu saja. Ada ungkapan-ungkapan bahasa dan kata-kata juga yang bisa digunakan untuk memancing si calon guru untuk mengeluarkan ilmu dan jurus bermain kulcapinya satu persatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun