Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pendapatan Mak Perdo di Luar Tanggung Jawab Percetakan

12 Januari 2020   12:41 Diperbarui: 12 Januari 2020   12:43 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mak Perdo dan buku-buku dagangannya (dokpri)

Hari itu, Minggu, 8 Desember 2019, saya menemani istri berbelanja ke Pusat Pasar Kabanjahe membeli kebutuhan dapur selama seminggu. Saya memarkir kendaraan di depan kios agen koran, bermerek "S.Pelawi", karena di sana ada rambu huruf "P" besar berlatar warna biru, artinya di sana tidak dilarang parkir.

Saya menunggu di situ. Pada hari Minggu banyak kios yang tutup di pasar ini, sebagian lagi mungkin akan buka usai pemiliknya mengikuti kebaktian Minggu pagi di gereja.

Tidak jauh dari kios agen koran ini, ada seorang ibu yang menggelar lapak di depan sebuah kios yang tutup dan memajang buku-buku di lapak itu. Ibu itu adalah Mak Perdo.

Agen Koran S.Pelawi (dokpri)
Agen Koran S.Pelawi (dokpri)
Mak Perdo sudah menjual buku sejak 6 tahun lalu. Katanya, bila sekitar 3 tahun yang lalu masih lumayan ramai orang yang membeli bukunya, tapi kini bisa tidak ada barang satu buku pun yang laku dalam sehari.

Kini bila ada yang membeli bukunya, umumnya adalah anak-anak SMP dan SMA, yang membeli kamus atau buku kumpulan soal-soal ujian setiap menjelang musim ujian. 

Selain kamus dan buku-buku latihan soal, dia juga ada menjual beberapa judul novel, baik novel karangan penulis Indonesia yang sudah dikenal sejak angkatan Balai Pustaka, maupun novel karangan penulis yang jarang didengar namanya.

buku-buku dagangan Mak Perdo (dokpri)
buku-buku dagangan Mak Perdo (dokpri)
Buku-buku yang dijual ada yang bekas dan ada yang baru. Juga ada komik dan buku-buku cerita untuk anak-anak. Semua seperti merana kelihatannya, jangankan dibeli, mungkin yang melirik untuk mencoba membuka-buka buku-buku itu pun tak ada.

Setelah melihat-lihat sebentar, saya menawar untuk membeli novel bekas berjudul "Burung-Burung Rantau", karangan Y.B. Mangunwijaya, yang merupakan cetakan pertama (cover baru) Agustus 2014, dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta, dan diterbitkan pertama kali oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Tentu saja isi di luar tanggung jawab percetakan.

Saya membeli novel itu seharga Rp. 30.000. Kata Mak Perdo hari itu, baru satu buku itulah yang laku dia jual.

Novel yang sarat dengan nilai filsafat kehidupan ini kalau menurut saya tergolong bagus. Berlatar di Jakarta, Yunani, Swiss, India, juga Kepulauan Banda, novel ini sarat dengan ide filosofis atas manusia Indonesia generasi baru. Generasi yang secara mental spiritual sudah merantau melampaui batas-batas nasional. 

Ia memberi makna yang segar atas globalisasi dengan segala kesempatan emasnya. Bila dikaji secara mendalam, nilai dalam novel ini bisa berujung pada revolusi mental bagi pembacanya, di dalamnya terjadi dialektika dan pertempuran pikiran serta konflik batin antar generasi pada sebuah keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun