Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Idealisme dan Realisme di Antara Desas-desus dan Ide-ide Besar

9 Agustus 2019   11:58 Diperbarui: 9 Agustus 2019   12:37 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.fubiz.net,

Pengalaman menunjukkan bahwa manusia sering kali perlu tantangan untuk bisa berpikiran dan bertindak maju, dan untuk menjadi maju manusia memerlukan ide-ide yang besar, bukan desas-desus. Logikanya sederhana, manusia mudah dialihkan kesadarannya manakala pikirannya dijejali dengan desas-desus.

Keresahan, kegelisahan dan ketakutan yang ada di kejauhan menjadi dekat dengan pikiran-pikiran yang termakan desas-desus. Sebaliknya, kenyataan yang ada di depan mata menjadi tidak disadari keberadaannya. Dengan kata lain, desas-desus menjauhkan kenyataan, sementara ide besar mendekatkan harapan menjadi kenyataan.

Kenyataan memang tidak selalu mulus, bisa juga berupa krisis. Namun, bagaimanapun adanya, kenyataan bukan untuk dijauhi. Maka, bisa dikatakan bahwa ide besar bisa saja datang dalam situasi krisis maupun situasi yang stabil dan kondusif.

Dalam situasi krisis, ide besar bisa muncul dengan jalan revolusi, perubahan mendadak. Sedangkan, dalam situasi stabil dan kondusif, ide besar itu muncul dengan jalan evolusi, perubahan yang perlahan tapi pasti.

Manusia dengan akal dan kehendak bebasnya menjalani kehidupannya menari-nari di atas kedua jalan itu, revolusi dan evolusi. Di samping itu, manusia masih harus terus berjuang meniti jalan kehidupannya di antara idealisme dan pragmatisme.

Ide besar berjuang untuk dilahirkan baik melalui revolusi atau evolusi di antara idealisme dan pragmatisme yang tarik menarik. Itupun fakta yang tidak bisa dihindari. Fakta bahwa kolam besar bumi yang kotor tidak lantas membuat manusia mesti lari dari kenyataan, lari dari realitas.

Mungkin tidak salah untuk mengatakan bahwa manusia dengan ide-ide besarpun perlu bersikap realistis. Bila manusia dengan ide besar adalah manusia idealistik, barangkali ia perlu menjalani kehidupan dengan jalan pikiran idealisme realistis atau realisme idealistik.
Karena bila tidak demikian, manusia ide besar itu akan melihat semua hal di sekitarnya melulu penuh dengan kesalahan. Bila itu yang terjadi, ide besarnya hanya akan layu sebelum berkembang, dan kolam kotor itu hanya akan tetap menjadi kolam kotor sebagaimana adanya.

Teratai dengan lapisan minyak di permukaan daun dan bunganya, masih memiliki banyak alasan untuk menjadi bahagia di kolam kotor, ia masih berbunga dan mekar dengan indahnya. 

Orang-orang yang melihatnya mekar berbungapun merasakan perasaan bahagia, oleh karenanya bukan kolam kotor yang menjadi pusat perhatiannya.
Selamat siang, dan jangan lupa bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun