Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Suatu Ketika di Masa Bintang-bintang Tak Lagi Seperti Biasa

2 Juli 2019   13:34 Diperbarui: 4 Juli 2019   23:52 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembali Kepada Bintang dan Kenyataan Cuaca di Bumi Kini
Dalam sebuah tulisan dari Dr. Edvin Aldrian yang diunggah di website resmi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dikemukakan data peningkatan suhu muka bumi di beberapa kota besar Indonesia. Data itu mengungkap peningkatan suhu di Jakarta, antara 1,04-1,4C/100 tahun, di Cilacap antara 3,38-3,41C/100 tahun, di Medan antara 1,55-1,98C/100 tahun, di Surabaya antara 1,46-3,29C/100 tahun, di Bau Bau hingga 3,63C/100 tahun dan di Makassar antara 1,84-2,83C/100 tahun.  Sementara itu, data peningkatan paras muka laut tercatat diantaranya di Cilacap 1,3 mm/tahun, di Belawan 7,8 mm/tahun, di Jakarta 4,38-7,00 mm/tahun, di Semarang 5,00-9,37 mm/tahun, di Surabaya 1,00 mm/tahun, di timur Sumatera 5,47 mm/tahun dan di Lampung 4,15 mm/tahun.

Hari-hari terkini kita sering mendapatkan informasi mengenai perubahan-perubahan cuaca yang ekstrem di berbagai belahan bumi, termasuk di Indonesia. Musim kemarau bisa sangat ekstrem hingga menyebabkan beberapa tempat di Indonesia yang sebenarnya berada di garis ekuator mencapai suhu hingga minus derajat Celcius, dan ditutupi lapisan es meskipun masih tipis. Sementara itu, di belahan  bumi lain di Eropa yang biasa sangat minim disiram sinar matahari, pada saat yang sama, sedang mengalami peningkatan suhu yang sangat ekstrem. Ini adalah gelombang panas yang tercatat pada masa lalu telah membunuh hingga ribuan orang di Eropa dan tempat-tempat lainnya di dunia.

Sebut saja misalnya pemberitaan Kompas.com, edisi Kamis (27/06/2019), yang mengabarkan bahwa sejumlah kota di Nusa Tenggara Timur mengalami penurunan suhu hingga 9 derajat celcius. Pihak BMKG Nusa Tenggara Timur ( NTT) mencatat adanya penurunan suhu di beberapa kabupaten di provinsi yang berbasis kepulauan itu. Prakirawan BMKG Kupang Ni Putu Nonik Prianti mengatakan, sedikitnya ada enam ibu kota kabupaten yang suhunya menurun. 

"Data yang dihimpun dari BMKG Kupang, wilayah Ruteng, Kabupaten Manggarai, memiliki suhu terendah yaitu mencapai angka 9 derajat celcius, pada tanggal 15 Juni 2019 lalu," ungkap Nonik, kepada Kompas.com, Kamis (27/6/2019). Kemudian, lanjut Nonik, disusul wilayah Bajawa (Kabupaten Ngada), Soe (Kabupaten Timor Tengah Selatan), Maumere (Kabupaten Sikka), Larantuka (Kabupaten Flores Timur) dan Rote (Kabupaten Rote Ndao).

Selanjutnya, melalui pemberitaan harian Sinar Indonesia Baru (SIB) edisi Sabtu (30/06/2019), diinformasikan bahwa Perancis dilanda gelombang panas terik, dengan suhu tertinggi hingga mencapai 45,9 derajat celcius. Peningkatan suhu di Perancis ini dilaporkan terjadi pada hari Jumat waktu setempat (28/06). Peningkatan suhu ini adalah rekor, setelah suhu paling tinggi sebelumnya tercatat 44,1 derajat celcius yang terjadi pada Agustus 2003. Pada waktu itu gelombang panas membunuh ribuan orang.

Walikota Gallargues-le-Montueux, bernama Freddy Cerda, yang merupakan kota di selatan Perancis yang mencatatkan peningkatan suhu hingga 45,9 derajat celcius itu, mengatakan bahwa rekor suhu tinggi itu merupakan tantangan yang harus dihadapi waraganya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan iklim.

Kantor berita BBC melaporkan bahwa ratusan sekolah ditutup dan pemerintah setempat memberlakukan aturan ketat soal penggunaan air kepada warganya. Sementara itu, Perdana Menteri Perancis, Edward Phillippe mengatakan bahwa masyarakat harus menyadari bahwa kematian pasti tidak  bisa dihindari dalam setiap gelombang panas.

Menurut para ilmuwan, salah satu pemicu pemanasan global ini adalah penggunaan bahan bakar fosil, selain faktor alami karena udara panas yang naik dari kawasan utara Afrika karena tekanan yang meningkat Eropa. Dari beberapa catatan dilaporkan bahwa sudah ada beberapa orang yang menjadi korban bahkan hingga meninggal akibat cuaca panas ini, baik oleh akibat langsung maupun oleh akibat sampingan.

Sebut saja misalnya, di Saint Denis seorang bocah Suriah berusia enam tahun yang dilaporkan kritis karena terlempar ke udara oleh kekuatan pompa air bertekanan tinggi yang dibuka warga setempat yang merasa gerah dengan cuaca yang sangat panas. Sementara di kota Milan, Italia, seorang gelandangan berumur 72 tahun ditemukan tewas di stasiun kereta utama diduga akibat cuaca panas.

Di Spanyol dua orang tewas akibat kepanasan. Salah seorang korbannya merupakan remaja berusia 17 tahun yang mengalami kejang-kejang saat mendinginkan badan di kolam di kota Cordoba. Sementara itu korban lainnya adalah seorang kakek berusia 80 tahun yang tewas saat berada di jalanan kota Valladolid. Hal ini ditambah lagi dengan kebakaran besar di hutan setempat di Catalonia yang sangat menyusahkan bagi petugas pemadam kebarakan.

Dari sebuah artikel Kompas dalam rubrik sains dijelaskan mengapa Indonesia yang berada di daerah tropis, tapi suhu di beberapa tempat bisa mencapai minus derajat celcius. Menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas Djamaluddin, fenomena cuaca dingin hingga minus ini adalah adalah sesuatu yang normal dan biasa terjadi setiap tahun pada saat kemarau. Katanya hal ini disebabkan oleh beberapa wilayah bumi Selatan, tepatnya Australia, memasuki musim dingin dan angin kemarau bertiup dari arah Selatan. Efek fenomena ini sangat terasa di wilayah pegunungan seperti Dieng dan Bromo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun