Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Suatu Ketika di Masa Bintang-bintang Tak Lagi Seperti Biasa

2 Juli 2019   13:34 Diperbarui: 4 Juli 2019   23:52 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dr. Brian Huber adalah seorang ahli dari Museum Sejarah Alam Smithsonian, yang menyelidiki periode Cretaceous dengan fokus khusus pada sejumlah titik di laut dalam sekitar Antartika. Untuk memahami Antartika, katanya kita harus melihat waktu geologi. Antartika adalah wilayah tanpa es pada periode Cretaceous, yang terbentang dari 145 hingga 66 juta tahun lalu. Itu adalah periode dimana Antartika dipenuhi dengan hutan dan dinosaurus masih hidup dengan bebas, sebelum asteroid jatuh ke Bumi dan memusnahkan mereka.

Tapi bagaimana alam liar dengan gundukan es itu bisa punya cuaca hangat dan mendukung kehidupan makhluk Bumi yang paling besar itu? Itu adalah periode masa yang sangat asing karena berasal dari masa yang sangat jauh. Namun, Dr. Brian Huber bisa mengetahuinya melalui penyelidikan Foraminifera.

Dia menjelaskan bahwa Foraminifera memberikan data terbaik, karena kita bisa memiliki kedua-duanya, yakni data tentang makhluk hidup yang tinggal di dasar laut, hidup di sedimen dan merekam suhu dasar laut dan memberikan data makhluk hidup yang planktonik, yang hidup di lima puluh meter teratas samudra yang merekam suhu atmosfer. Melalui rekaman-rekaman itu dan hasil analisis kerang-kerang dari berbagai bagian samudera di seluruh dunia, kita bisa mendapatkan gagasan yang sangat bagus tentang evolusi iklim.

Huber menguraikan bahwa apa yang mereka temukan di Samudra Selatan di sekitar Antartika awalnya sulit dipercaya karena terlalu hangat. Ia menemukan suhu 30 derajat Celcius di 58 derajat selatan, yang dekat dengan Lingkaran Antartika. Suhu tinggi ini terjadi selama pertengahan Cretaceous yang dikenal sebagai "Cretaceous Hothouse," yakni efek panas rumah kaca yang disebabkan oleh peningkatan karbon dioksida di atmosfer.

Menurut Dr. Huber, pada periode pertengahan Cretaceous, bumi memiliki tingkat penyebaran dasar laut yang jauh lebih cepat dan lebih banyak sumber vulkanik karbon dioksidanya, yang mungkin terjadi sebagai akibat erupsi vulkanis dalam jumlah besar dan menghasilkan CO2 sebagai selimut rumah kaca yang menghangatkan bumi. Dari penjelasannya, mungkin itulah sebabnya pada masa itu, pohon dan dinosaurus berkeliaran di Antartika, tidak seperti ladang es tandus pada hari-hari dewasa ini.

Dr. Huber menjelaskan bahwa kita semua tahu perubahan iklim terjadi di masa lalu, perubahan juga terjadi di masa sekarang dan itu akan terjadi juga di masa depan. Namun, apa yang berbeda terkait apa yang kita lakukan sekarang dibandingkan dengan apa yang terjadi di masa lalu barangkali turut menentukan apakah Antartika akan kembali menjadi tempat tanpa es lagi?

Menurut Dr. Huber perubahan iklim sekarang benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya, baik dalam segi kecepatan maupun dalam dampak luasnya, dibandingkan dengan peristiwa geologis yang dapat diketahui dari masa lalu. "Kita manusia mampu melepas ratusan miliar ton CO2 ke atmosfer hanya dalam beberapa dekade. Gunung berapi tidak akan dapat menghasilkan jumlah CO2 dalam rentang waktu sesingkat itu, bahkan jika itu adalah gunung berapi besar," kata Huber.

Terkait masa depan, Huber mengatakan: "Saya pikir apa yang akan kita lihat dalam beberapa dekade, atau mungkin berabad-abad ke depan adalah apa yang disebut aliran es yang mulai mengalir lebih cepat dan bisa jadi Antartika Barat khususnya mulai mengalami degradasi."

Hal ini disampaikannya mengingat laju aliran es, mungkin kita tidak akan melihat seluruh Antartika memburuk dalam beberapa dekade ke depan, tapi tanda-tandanya sudah ada di sana. Ahli glasiologi memperkirakan bahwa begitu permukaan laut naik, kita dapat melihat umpan balik positif di mana es dapat mengalir lebih cepat dan permukaan laut naik lebih cepat, jadi itu terus berjalan.

Kita mungkin tidak memiliki dinosaurus yang berkeliaran di Antartika lagi, tetapi kita tidak dapat mengesampingkan kemungkinannya, bahwa Antartika akan bebas es di masa depan. Kita yang hidup di masa sekarang tidak memiliki cara untuk mengetahui seperti apa rasanya, karena kita tidak pernah hidup di Bumi ketika tidak ada es di kutub.

Dengan penjelasan Dr. Huber ini, mungkin Anna akan semakin mengerti mengapa rusa kutub itu sampai berkeliaran di pedesaan, dan itu bukan salah Sinterklas. Karena pernah pada suatu ketika pada malam tahun baru, saat Anna memasuki usia 10 tahun, sama sekali tidak ada salju. Padahal sepanjang ingatannya, setiap malam tahun baru keluarganya di desa biasanya selalu pergi ke gunung naik kereta salju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun