Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Tantangan Stabilitas Sistem Keuangan, Globalisasi Masuk Desa

28 Mei 2019   02:36 Diperbarui: 28 Mei 2019   13:29 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Global Village (https://cdn-imgix-open.headout.com)

Kalau uang sudah biasalah menjadi perhatian di kalangan ibu-ibu rumah tangga atau nenek-nenek, tapi tidak soal politik. Bukan bermaksud peyoratif, tapi begitulah biasanya realitas.

Apa yang bisa diambil dari sajian percakapan ketiga wanita ini adalah, bahwa dunia dengan manusia-manusia dengan berbagai sudut pandang yang hidup di dalamnya, meskipun memandang segala sesuatunya secara terus-menerus tanpa henti, tapi selalu dirundung oleh ketidakpastian. 

Ketidakpastian menimbulkan keragu-raguan, keragu-raguan menimbulkan kekhawatiran, kekhawatiran berarti menunda belanja menurut ibu-ibu ini, dan menunda belanja berarti mengurangi jumlah uang yang beredar di pasar.

Menurutku tidak ada yang salah dari pandangan ibu-ibu ini. Karena ibu adalah tiang rumah tangga, pengatur siklus aktivitas harian para penghuni seisi rumah, karenanya ia sangat paham soal realitas kebijakan fiskal dan moneter di rumah tangga. 

Barangkali kebijakan fiskal dan moneter di dalam negara hanya potret rumah tangga yang diperbesar, dengan penghuni dan tetangga yang lebih banyak. Setidaknya untuk memandang potret yang diperbesar soal pengelolaan ekonomi rumah tangga, ibu-ibu itu telah menyediakan tiga kata kunci sebagai pisau dapur untuk mengurainya, yakni politik, ekonomi, dan keterhubungannya.

Negara adalah sebuah Desa Global

Sebagaimana saat ini batas-batas nasional menjadi semakin mudah ditembus, maka arus eksternal baik komoditas-komoditas maupun gagasan-gagasan tentu saja memiliki efek mengikis atau setidaknya memodifikasi berbagai nilai lokal yang ditemuinya. 

Sebagaimana arus itu menjadi aliran yang deras, ketakutan-ketakutan dan harapan-harapanpun mulai tumbuh karenanya, suatu bentuk budaya global akan muncul. Yang setuju maupun tidak setuju, adalah realitas atau sebaliknya dari suatu tatanan dunia baru, arena politik dan ekonomi bersama, yang diciptakan oleh teknologi tentang saling keterhubungan global. (Ben Dupre, 50 gagasan besar yang perlu Anda ketahui, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010, hlm. 186)

Membahas tentang ekonomi, dalam hubungannya dengan uang, maka kita perlu walaupun sekilas saja mengingat John Maynard Keynes dan Milton Friedman. John Keynes memandang bahwa pasar tidak sempurna, karena ia tidak dapat mengatur dirinya sendiri. 

Oleh sebab itu, ia menganjurkan perlunya intervensi negara dalam bentuk peningkatan belanja pemerintah, yang dipandangnya akan meningkatkan permintaan dalam ekonomi, meningkatkan lapangan kerja, untuk dapat mengatasi tekanan-tekanan resesi. Pandangan John yang dikenal dengan teori Keynesian ini mendominasi pemikiran ekonomi Amerika dan Eropa hingga depresi besar pada tahun 1930-an.

Namun, sejak tahun 1970-an, pandangan itu sebagian besarnya digantikan oleh moneterisme, sebuah doktrin yang ditekankan oleh seorang ekonom Amerika, Milton Friedman. Menurutnya perlu untuk kembali pada pandangan klasik mengenai kesempurnaan pasar bebas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun