Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dari Semangkuk Salad, Terlalu Banyak yang Kulihat, tapi Terlalu Sedikit yang Bisa Kuberikan

14 Mei 2019   17:29 Diperbarui: 14 Mei 2019   20:59 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semangkuk salad (dokpri)

Tarno menatap mangkok saladnya, yang berisi beragam buah sebagaimana adanya buah. Ada buah anggur, pepaya, nenas, apel, melon, dan sebagainya yang diiris kecil-kecil, tapi masih terlihat sebagai buah dengan baluran mayones dan keju tanpa gula.

Tarno tanpa sadar menatap saladnya dengan sebagian makan siang yang masih ada di mulutnya dan air mata yang sudah menghangati kedua pipinya. Barangkali kalau ada pegawai yang mendapatinya di ruangannya seperti saat itu, akan menganggap kalau Tarno sedang merasa kehilangan karena kepergian anggota kerabatnya.

Tarno bukan sedang memikirkan konsep melting pot atau salad bowl sebagai seorang PNS, dalam memandang masalah multikulturisme, yang selalu menjadi persoalan di bangsanya, bukan. Ia hanya sedang dilanda melting, melow tingkat tinggi, melalui semangkok salad. Dari semangkok salad, ia memandang dirinya yang belum melakukan apa-apa, bahkan hanya untuk keluarga, jangankan bangsa.

Di saat yang sama, seorang gadis belia yang dibesarkan dengan penuh perjuangan kedua orang tua dengan tidak mudah, seolah sudah kebal terhadap perasaan sentimentil demi menantang hidup yang keras. Ras manusia yang katanya berciri khas altruistik dan punya bakat filantropis, sehingga oleh karenanya mampu mendahulukan kepentingan orang lain daripada dirinya sendiri, bisa saja sebenarnya hanya didorong oleh motif kepentingan pribadinya.

Kalaupun ternyata manusia mampu menunda kepentingan pribadinya hanya toh untuk memberi kesempatan bagi dirinya agar terlihat sebagai manusia yang paling manusiawi, bukankah itu bermakna demi kepentingan diri sendiri?

Tarno beralih dari nasi bungkusnya menuju semangkok salad yang tampak seperti sedang ditangisinya. Ia mulai menyendok satu persatu irisan buah itu ke mulutnya dengan mayones yang menetes-netes di pinggir sudut bibirnya. Ia memakannya dengan titik air mata.

"Begitu banyak penderitaan yang datang menghampiri kami dalam hidup, tapi selalu terlalu sedikit yang kami mampu berikan untuk memperbaikinya" batin Tarno. Huf... Berjuanglah engkau nak, harapan lebih baik selalu ada menanti di depan sana...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun