Sambil mencuri-curi mendengarkan obrolan mamak-mamak yang menggossip banyak hal itu. Ladang bapak A, sawah bapak B, tanaman cabe mamak C, anak mamak D, dan banyak lagi. Lama-lama akupun mengantuk seperti dibuai oleh bisik-bisik mereka.
Saat bapak pulang, itulah alarm terakhir penanda jam bubar diskusi mamak-mamak itu. Satu-satu mereka pulang. Bapak pergi tidur ke kamar. Mamak mendendangkan lagu pengantar tidur untuk mengantarku bermimpi. Lampu petromak dipadamkan berganti lampu teplok. Lampu minyak dengan sumbu lebih kecil sehingga redup cahayanya.
Suara mamak seolah ikut memelankan suara jangkrik, yang berhenti bersuara krik krik sesekali. Seolah ikut mengantuk. Akupun lupa dengan apa yang terjadi selanjutnya. Kamipun terlelap dalam tidur. Orang-orang desa dengan mimpinya yang sederhana. Sampai kokok ayam menyambut fajar pagi hari, membangunkan kami dalam selimut dingin embun pagi. Kami, orang desa menjalani hari kembali. Saat itu, aku belum mengerti arti agony.