Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kembali ke Desa, Membunuh "Agony" di Akhir Pekan

18 Januari 2019   20:51 Diperbarui: 19 Januari 2019   07:52 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolam Ikan di Desa Semangat, Kec. Barusjahe, Tanah Karo (dokpri)

Desa, secara konotasi mungkin sering diasosiasikan dengan hal-hal yang berhubungan dengan ketertinggalan, kolot, tradisionil, tertutup, sunyi, dan lain sebagainya yang berarti penuh keterbatasan. Mungkin, bisa ya benar, bisa juga tidak benar.

Bahkan, bagi sebagian asosiasi konotasi yang benar tentang desa pun, malahan ada baiknya. Karena di desa sunyi, orang kota bisa merasakan terlepas dari rutinitas kebisingan kota. Karena di desa kolot, orang kota bisa bercermin bahwa modernitas ternyata bisa mengganggu kejiwaan. Karena di desa tradisionil, orang kota bisa sadar bahwa semua orang punya sejarah, dan evolusi masih berlangsung.

Setidaknya, kembali ke desa membawa kita kepada kenangan masa kecil, bahwa bahagia itu bukan perasaan yang didominasi oleh ukuran tunggal aspek kejiwaan.

Sulit untuk mengukur, perbedaan kadar kebahagiaan orang desa yang duduk santai di dangau di tengah kolam ikan sambil memberi makan ikan, dengan sebatang rokok tersulut di mulutnya atau seorang pemuda kota yang bersama teman-teman sebayanya berjalan-jalan santai di mall sambil menikmati suguhan pameran barang-barang mewah di etalase bermandi cahaya nenon.

Dangau di tengah kolam ikan (dokpri)
Dangau di tengah kolam ikan (dokpri)
Ada apa di desa? Di desa ada tersimpan banyak kenangan masa kecil. Kenangan masa kecil akan langsung terbangkitkan, saat mencium aroma khas kesegaran alam pedesaan, saat melihat hamparan padi dan kolam-kolam ikan dialiri air dingin segar dari pegunungan.

Padi di Ladang (dokpri)
Padi di Ladang (dokpri)
Anak kecil di desa, biasa membantu orang tua bekerja di ladang dan sawah sepulang sekolah. Bermain di sela-sela menyiangi gulma tanaman, membantu mengangkut hasil kebun atau menjunjung bahan makanan ternak dari ladang saat pulang ke rumah, adalah keseharian yang dilakoni anak desa. Terseok-seok dengan badan mungil dan beban beratnya, semua dijalani dengan jenaka khas anak desa.

Sampai di rumah, tugas lain sudah menanti. Mengiris daun makanan ternak untuk dimasak, menanak nasi dan memasak air minum, mengambil air dari kamar mandi umum untuk mengisi bak kamar mandi, baru mandi sendiri.

Ternak Domba (dokpri)
Ternak Domba (dokpri)
Setelah bapak mamak pulang ke rumah pada sore jelang malam hari, lauk pauk dan sayuran harus sudah dimasak dan ternak sudah diberi makan. Baru setelah mereka mandi, hidangan makan malam digelar di tikar rumah beralas papan.

Nikmat sekali, makan malam diselingi suara jangkrik di bawah sinar lampu petromak berbahan bakar minyak tanah. Ada kehangatan dalam makan malam yang sunyi, yang dipersiapkan penuh dengan perjuangan. Ikan asin, sambal tomat, sayur tumis bayam, dan nasi putih dengan uap yang mengepul hangat.

Selesai makan, bapak biasanya ke kedai kopi. Bersama bapak-bapak keluarga lain, menyeruput kopi hingga ngantuk berat menyerang baru mereka pulang. Di rumah, mamak biasanya kedatangan tamu, mamak-mamak dari keluarga lain. Satu atau dua orang, mereka datang dengan kantung sirih dan perlengkapannya, pinang, kapur dan gambir. Berbicara-bicara topik apa saja sambil mengunyah sirih sampai salah satu menyerah karena mengantuk pamit minta diri.

Aku, berbaring telungkup sambil mengerjakan PR dari sekolah. Lama-lama sinar lampu petromak memudar karena tekanan udara di tabungnya habis minta dipompa. Ku turunkan lampu itu, lalu ku pompa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun