Desa, secara konotasi mungkin sering diasosiasikan dengan hal-hal yang berhubungan dengan ketertinggalan, kolot, tradisionil, tertutup, sunyi, dan lain sebagainya yang berarti penuh keterbatasan. Mungkin, bisa ya benar, bisa juga tidak benar.
Bahkan, bagi sebagian asosiasi konotasi yang benar tentang desa pun, malahan ada baiknya. Karena di desa sunyi, orang kota bisa merasakan terlepas dari rutinitas kebisingan kota. Karena di desa kolot, orang kota bisa bercermin bahwa modernitas ternyata bisa mengganggu kejiwaan. Karena di desa tradisionil, orang kota bisa sadar bahwa semua orang punya sejarah, dan evolusi masih berlangsung.
Setidaknya, kembali ke desa membawa kita kepada kenangan masa kecil, bahwa bahagia itu bukan perasaan yang didominasi oleh ukuran tunggal aspek kejiwaan.
Sulit untuk mengukur, perbedaan kadar kebahagiaan orang desa yang duduk santai di dangau di tengah kolam ikan sambil memberi makan ikan, dengan sebatang rokok tersulut di mulutnya atau seorang pemuda kota yang bersama teman-teman sebayanya berjalan-jalan santai di mall sambil menikmati suguhan pameran barang-barang mewah di etalase bermandi cahaya nenon.
Sampai di rumah, tugas lain sudah menanti. Mengiris daun makanan ternak untuk dimasak, menanak nasi dan memasak air minum, mengambil air dari kamar mandi umum untuk mengisi bak kamar mandi, baru mandi sendiri.
Nikmat sekali, makan malam diselingi suara jangkrik di bawah sinar lampu petromak berbahan bakar minyak tanah. Ada kehangatan dalam makan malam yang sunyi, yang dipersiapkan penuh dengan perjuangan. Ikan asin, sambal tomat, sayur tumis bayam, dan nasi putih dengan uap yang mengepul hangat.
Selesai makan, bapak biasanya ke kedai kopi. Bersama bapak-bapak keluarga lain, menyeruput kopi hingga ngantuk berat menyerang baru mereka pulang. Di rumah, mamak biasanya kedatangan tamu, mamak-mamak dari keluarga lain. Satu atau dua orang, mereka datang dengan kantung sirih dan perlengkapannya, pinang, kapur dan gambir. Berbicara-bicara topik apa saja sambil mengunyah sirih sampai salah satu menyerah karena mengantuk pamit minta diri.
Aku, berbaring telungkup sambil mengerjakan PR dari sekolah. Lama-lama sinar lampu petromak memudar karena tekanan udara di tabungnya habis minta dipompa. Ku turunkan lampu itu, lalu ku pompa.Â