Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pandemi dan Kebangkitan Perempuan Desa

7 Agustus 2020   12:42 Diperbarui: 8 Agustus 2020   05:45 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kerajinan kain tenun Toraja Utara. (sumber: Biro Humas kemendesa.go.id)

Cermat dan waspada atas gempuran intrusi budaya asing, radikalisme, terorisme, intoleransi maupun narkoba, sehingga perempuan tetap membentengi keluarganya dengan balutan nilai etik dan etos yang berperadaban tanpa mengalami alienasi (kepanglingan) budaya.

Di sinilah perempuan bakal berkilau dengan kapasitas diri dan atau kompetensinya. Inilah kualitas SDM perempuan kian dibutuhkan dalam matematika pembangunan desa bahkan percaturan politik.

Memang, sejumlah kendala seolah masih memborgol kaum perempuan dalam setiap tahapan proses pembangunan desa, salah satunya adalah kurangnya penguasaan teknologi tepat guna. Karena SDA desa cukup melimpah.

Namun, belum dikelola secara optimal, sehingga tak sedikit hasil bumi desa atau produk pertanian desa hanya dijual dalam bentuk mentah belum diolah menjadi komoditas yang bernilai tambah.

Di sini penting pemerintah desa perlu memberikan pelatihan usaha, mengenalkan bisnis on line dan jejaring, mengucurkan kredit murah bahkan tanpa bunga, seperti kredit mini/dini bagi pedagang pasar tradisional, kemudian mengedukasi soal off farm selain on farm desa yang juga penting disuntikkan kepada perempuan desa.

Pioneer

Jangan sampai sumberdaya atau potensi desa justru dikuasi orang lain, orang di luar desa. Oleh karena itu, kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan menjadi tantangan agar perempuan desa itu responsif atas ketidakberdayaannya, kemiskinannya sekaligus untuk memastikan proses penguasaan kembali ke desa.

Di luar itu, pandemi covid-19 harus menjadi momentum kebangkitan perempuan desa dalam membanguan kembali semangat kebhinekaan, tenggang rasa dan toleransi yang dalam waktu yang relatif panjang menjadi salah satu identitas kuat masyarakat di pedesaan. Karena, saat ini beberapa dari kita sedang mengalami defisit sosial. 

Upaya pemberdayaan masyarakat desa yang kita gelorakan membangun integritas masyarakat desa termasuk kaum perempuan desa yang terbuka, toleran, sikap gotong royong yang menjadi identitas masyarakat desa.

Perempuan desa hari ini adalah perempuan inklusif, menjadi pioneer kebaikan, kebenaran dan inovasi. Perempuan desa hari ini adalah perempuan genial (riang dan berani), perempuan desa hari ini adalah sosok yang anti korupsi, gratifikasi dan pungli. 

Perempuan-perempuan yang punya sense of belonging atas desanya, terhadap pandemi covid-19 sehingga mampu membalik keterpurukan kaumnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun