Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Saatnya Mulai Mendaraskan Literasi Sosial

8 Juli 2020   11:55 Diperbarui: 9 Juli 2020   01:25 1042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buku, anak, dan perpustakaan. (sumber: Thinkstocks/SYNTIKA)

Literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis. Perkembangan literasi menjadi sangat penting diperhatikan karena literasi merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki oleh setiap individu untuk menjalani hidup di masa yang akan datang. 

Literasi lama mencakup kompetensi baca tulis dan hitung (calisting), sedangkan literasi baru mencakup literasi data/digital, literasi teknologi, dan literasi manusia.

Saat ini penggunaan istilah literasi mulai digunakan dalam arti yang lebih luas, namun tetap merujuk kepada kompetensi atau kemampuan dasar literasi, yaitu kemampuan dasar membaca dan menulis. Hal yang terpenting dari literasi adalah seseorang harus bebas dari buta aksara (bisa baca-tulis) agar mampu memahami semua konsep fungsionalnya.

Seseorang dikatakan memiliki kemampuan literasi apabila telah memperoleh kemam-puan dasar keterampilan bahasa, yaitu membaca dan menulis. Salah satu langkah untuk memperoleh kemampuan literasi adalah melalui pendidikan. 

Keprihatinan kita bersama, yang terjadi saat ini sebagai akibat belum memadainya keca-kapan literasi, khususnya dalam penggunaan media mainstream/sosial/internet ditunjukkan dengan masih seringnya pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Selain itu,, kita cukup ngelus dada karena masih masifnya persebaran berita bohong (hoaks), terjadinya kasus-kasus perundungan (bullying) maupun penggunaan media berbasis internet masih didominasi konten hiburan. Penetrasi media sosial yang bergerak sangat cepat belum diimbangi dengan kemampuan literasi yang memadai, sehingga belakangan pengguna media sosial seringkali berimpli-kasi pada hal-hal yang berkonotasi negatif.

Salah satunya adalah hoaks. Apalagi dimasa pandemi ini, saat semua orang berfokus menyelesaikan wabah corona di negeri ini. Literasi media sosial, dapat dipahami sebagai kemampuan mengkritisi atau menganalisa informasi yang didapat dari media sosial.

Tujuannya, agar informasi yang diperoleh dapat diidentifikasi untuk kemudian dicegah penyebarannya. Masyarakat haruslah diedukasi dan didorong agar memiliki kemampuan literasi media sosial yang baik.

Hingga hari ini kita mengenal literasi digital, keuangan, pedesaan, gender, dll. Kita juga masih punya yang namanya literasi sosial. Literasi sosial adalah kemampuan seseorang untuk berinteraksi, memelihara, dan membangun hubungan dengan orang lain. Misalnya dengan kawan, guru, orang tua, dll.

Dalam literasi ini melibatkan kemampuan mengetahui dan mengekspresikan emosi sendiri dengan sukses. Literasi sosial juga disebut kecerdasan sosial atau literasi emosional. 

Ini mengacu pada teori pembelajaran yang terletak yang melihat pembelajaran terjadi dalam hubungan sehari-hari antara orang-orang di lingkungan mereka,apakah ini adalah ruang kuliah formal, tempat kerja atau kelompok medis swadaya. 

Ini menarik lanskap yang lebih besar daripada melihat literasi sebagai seperangkat keterampilan terpisah dan berkaitan dengan perbedaan, keragaman dan keragaman lokal serta dengan prinsip-prinsip universal (Hamilton, 2006).

Kecerdasan sosial berarti pemerolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial. Kecerdasan sosial anak-anak merupakan satu proses perkembangan yang membolehkan mereka berinteraksi dengan orang lain mengikut cara yang boleh diterima oleh sesuatu masyarakat serta budaya.

Kecerdasan sosial ini melibatkan proses sosialisasi yang membolehkan kanak-kanak mempelajari tingkah laku sosial atau melakukan penyesuaian sosial dalam sesuatu persekitaran atau lingkungan sosial. Pertanyaannya kemudian adalah mengapa literasi sosial anak muda kita minatnya menurun?

Beberapa hal turut melatari menurunnya minat anak pada literasi sosial, diantaranya kemajuan IT. Disini termasuk media sosial, film, youtube, instagram, twiter, zoom, team, dll. 

Perkembangan dan pesatnya media tersebut beriur atas kepedulian, kepekaan, penghormatan dan penghargaan maupun toleransi kepada orang lain bisa menyusut, jika tanpa dikelola secara baik.

Penetrasi media sosial belum diimbangi dengan edukasi kemanfaatan media sosial dalam upaya membangun pengembangan diri. Kemampuan ekonomi yang belum merata untuk penyediaan perangkat. Juga belum dipahaminya secara komprehensif keunggulan media sosial dalam memba-ngun masa depan.

Hal lainnya, yakni tingginya godaan konten media sosial yang bernuansa hiburan maupun gaya hidup. Nampaknya soal gaya hidup juga terlibat atas penurunan literasi sosial anak belakangan. 

Gaya hidup lebih identik dengan seuatu yang glamour, mewah dan sok ekslusif. Keadaan ini jika tidak kita control akan melanda menipisnya kesosial-an anak dengan orang lain.

Inovasi

Pengiur lainnya, yakni peer group, juga rapuhnya aturan keluarga, tumbunya pasal karet di tengah keluarga, lemahnya pegangan nilai agama juga berproses. 

Selain itu, menyoal absen atau nihilnya role model. Tak adanya teladan dari orangtua membawa anak menjadi sosok yang abai atas permasalahan sosialnya, baik di sekolah maupun di rumah dan di masyarakat. Ia tumbul menjadi sosok bebal sosial. Dll.

Tawaran solusi yang angkat dalam koteks ini, antara lain melalui inovasi pembelajaran. Hal ini bisa dilakukan guru, orang tua bahkan sesama kawan. Misalnya saja lewat penguatan literasi sosial dengan media gambar, cerita dan atau permainan. 

Tak kurang baiknya, menyertakan dana atau mengikutkan anak-anak pada kegiatan positif dan produktif. Apalagi yang berfrasa sosial kemanusiaan pun tak ada salahnya. Misalnya melalui study club, field trip, In Desa, lainnya, dll.

Penting ditempuh pula, mengaktifkan anak terlibat dalam kegiatan diskusi, FGD, Brainstorming, lomba pelajaran bahkan olimpiade bidang studi baik lokal, domestik maupun luar negeri. Itu semua juga akan menguatkan literasi sosial anak atas kemenangan dan kekalahan yang harus disikapi secara baik, sekaligus mengedukasi anak punya mental juara. 

Selainnya, yakni menerjunkan anak dalam aktivitas sosial lainnya, seperti kerja bakti, bakti sosial, menyerahkan bantuan sosial maupun kunjungan ke warga miskin.

Moment-moment demikian sekurangnya bisa mengasah tunas-tunas literasi sosial anak ke depan. Menggalang bantuan warga akibat terdampak covid-19, misalnya. 

Selain itu, tak kurang baiknya untuk mengokohkan literasi sosial anak penting rasanya menyorongkan bahan-bahan ba-caan, baik berupa buku, komik, kartun maupun video yang bermuatan riuhnya penguatan literasi sosial atau pemanusiaan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun