Di tengah dinamika ekonomi masyarakat kecil yang terus berjuang memenuhi kebutuhan hidup, hadir sebuah program pemerintah yang membawa harapan baru yaitu Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Gagasan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto ini bukan hanya memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan asupan gizi seimbang, tetapi juga membuka lapangan kerja bagi banyak keluarga di berbagai daerah.
Bagi sebagian orang, MBG mungkin tampak sebagai program sosial biasa. Namun, di balik aroma masakan yang keluar dari dapur-dapur MBG setiap pagi, tersimpan kisah perjuangan, kemandirian, dan rasa syukur yang mendalam dari masyarakat yang merasakan langsung manfaatnya.
Salah satunya adalah Siti Saripah, ibu dua anak asal Sentul, Bogor, Jawa Barat. Berawal dari ajakan seorang teman, ia kini bekerja di dapur MBG selama satu bulan terakhir. Dari hasil kerjanya, Siti mampu membantu perekonomian keluarga dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya. "Alhamdulillah lebih kebantu. Jadi anak saya juga mau apa-apa bisa dibeliin," ujarnya dengan senyum lega.
Anak sulungnya, yang duduk di bangku sekolah dasar, menjadi salah satu penerima manfaat MBG. Setiap hari, sang anak pulang dengan cerita tentang menu makanan bergizi yang diterimanya di sekolah. Siti pun merasa tenang karena kebutuhan gizi anaknya terpenuhi, sekaligus bisa menekan pengeluaran uang jajan. "Biasanya uang jajan segini jadi agak kurang, bisa menabung sedikit-sedikit sisanya," tambahnya.
Kisah serupa datang dari Widi Astuti, seorang relawan di dapur MBG Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bener, Jawa Tengah. Bagi Widi, bekerja di MBG bukan sekadar mencari penghasilan, melainkan jalan untuk memperbaiki kualitas hidup keluarganya. "Alhamdulillah dengan adanya program MBG ini, saya merasa sangat terbantu untuk perekonomian dan biaya sekolah anak-anak saya," ungkapnya.
Berkat penghasilan dari MBG, Widi kini bisa membiayai pendidikan anak-anaknya, bahkan membantu kebutuhan anaknya yang sedang melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL). "Untuk biaya PKL kan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dengan adanya program MBG ini, alhamdulillah sangat membantu," tuturnya penuh syukur.
Cerita Siti dan Widi menggambarkan bagaimana MBG tidak hanya menyehatkan anak-anak, tetapi juga memberdayakan ibu rumah tangga di seluruh penjuru negeri. Dapur MBG bukan sekadar tempat memasak, tetapi ruang pemberdayaan di mana perempuan Indonesia menunjukkan ketangguhan dan perannya dalam membangun keluarga serta bangsa.
Lebih jauh, program ini menjadi bukti nyata bahwa kebijakan publik yang berpihak pada rakyat kecil mampu memberikan dampak ganda untuk memperbaiki gizi generasi muda sekaligus memperkuat fondasi ekonomi rumah tangga. MBG menunjukkan wajah negara yang hadir bukan hanya melalui bantuan, tetapi melalui pemberdayaan dan kesempatan.
Tantangan tentu masih ada, mulai dari menjaga konsistensi distribusi, memastikan kualitas gizi, hingga memperluas jangkauan program ke daerah terpencil. Namun, selama semangat gotong royong dan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat terus dijaga, MBG berpotensi menjadi salah satu kebijakan sosial paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia modern.
Karena pada hakikatnya, memberi makan anak-anak dengan gizi yang cukup bukan hanya tentang mengisi perut, tetapi menanam harapan, harapan agar mereka tumbuh sehat, cerdas, dan siap menjadi generasi penerus bangsa yang tangguh.