Mohon tunggu...
Oudhiart
Oudhiart Mohon Tunggu... Penulis - Engkau boleh saja pergi ketika matahari sedang menemaniku, tetapi kembalilah tepat waktu sebelum kegelapan memelukku.

Biarkan aku memakai topeng ini agar engkau tau aku yang sebenarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Mengunyah Lapar

13 Januari 2020   18:04 Diperbarui: 13 Januari 2020   18:00 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi tadi, aku bercerita kalau lapar itu baik. Yang pertama, baik di dompet. Tentu dia pun setuju.

Menjelang siang, aku bercerita kalau lapar itu baik. Bisa jadi salah satu cara untuk mengurangi berat badan. Namun, dia bilang, "Bagaimana dengan yang sudah kurus?"

Ketika siang, aku bercerita kalau lapar itu baik. Cara paling ampuh untuk mengingatmu. Dia bilang, "Memang begitu?"

Lalu aku bilang, "Karena saat dapat makan, kamu sombong. Tidak ingat dengannya."

Sorenya, aku ambil sepiring nasi. Penuh. Mengingatmu, mengunyah lebih lama dari biasanya karenamu. Sampai hilang rasanya, sampai aku semakin lapar, sampai akhirnya, aku baru sadar telah mengunyah lapar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun