Mohon tunggu...
temali asih
temali asih Mohon Tunggu... Guru -

berbagi dan mengasihi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Prosais] Elemen-elemen Pembentuk Jiwa Manusia

25 Februari 2019   10:22 Diperbarui: 25 Februari 2019   10:56 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://1.bp.blogspot.com/-fx6wu-0jXlQ/Ut3pJDnQk5I/AAAAAAAAARU/l4ugXHc4zPk/s1600/unsur.jpg

Semesta hadir dalam elemen-elemen utama: air, api tanah dan udara. Seperti halnya jiwa ditanam dalam sifat-sifat yang sama dengan elemen utama.

Air. Dalam jiwa, air laksana darah yang mengaliri tubuh, pemberi warna merah dan kehidupan. Keping-keping darah mengalir seperti air. Mengisi setiap ruang-ruang kosong demi menjaga hidup sebuah jiwa. Berkat air, rasa dingin menjalari kalbu hingga jiwa tetap dalam ketenangan. Jiwa dingin dan tenang begitulah elemen air bermulah.

Api. Tanpa api, elemen air yang dingin dan tenang tak mungkin seimbang. Dalam jiwa yang membutuhkan rasa hangat juga membakar seperti cinta, membakar jiwa memberikan nuansa panas merata. Memerahkan pipi, mendebarkan jantung dan membuat hati berbunga-bunga. Betapa penting elemen api dalam diri. Meski panas matahari menyengat kulit tetap saja api dibutuhkan untuk mendidihkan air. Membuat gejolak jiwa menjadi lebih bermakna.

Tanah. Dalam jiwa, laiknya tanah tempat menyemai dan menuai. Jiwa menyemai bibit kebaikan dan menuai kebahagiaan. Tanah berwarna coklat kehitaman seperti jiwa yang subur dalam serbuan hijau pepohonan. Pepohonan jiwa manusia untuk keteduhan. Memiliki gudang-gudang makanan, pertanda jiwa bernas berisikan ilmu dan makrifat. 

Udara. Tak kasat mata, namun bagian terpenting bagi paru-paru. Udara adalah elemen pesan tak tertulis. Elemen kata yang mendiami rasa di jiwa. Udara yang melayang membuat jiwa terbang menjarah tempat yang tak bisa dijangkau oleh raga. Dengan sifat udara, jiwa mampu menyelusup ke dalam jiwa. Merasakan desiran nestapa atau letupan bahagia. Kehalusan udara menyamai halusnya jiwa. 

Adakalanya manusia, memiliki elemen dalam jiwa tak sempurna. Terlampau banyak api yang membakar jiwa. Hingga hasrat yang timbul hanyalah hitam. Jiwanya hangus mendatangkan bencana bagi sesama. Kebencian, dendam dan kedengkian adalah pertanda bahwa jiwa manusia telah habis terbakar.

Adakalanya manusia, memiliki elemen air dalam jiwa melebihi lainnya. Kepedihan dan tangisan akan selalu membanjiri kalbunya. Jiwa tak akan sanggup untuk bangkit dan berkarya. Air bah menelan dirinya memporakporandakan kekuatan yang telah ada. Menghilangkan harapan menumbuhkan keputusasaan. Betapa merana.

Tanah dan udara adalah bagian yang berbeda. Dalam jiwa, Tuhan menyadarkan manusia bahwa akan selalu ada kasih dan sayang-Nya untuk umat manusia. Manusia akan kembali menjadi tanah. Setelah udara tak mampu memberi ritme kehidupan dalam jiwa. Adakah lagi yang lebih sempurna dari penciptaannya?

Kenalilah, berapa banyak dan seimbangnya elemen kehidupan yang dimiliki dalam sebuah jiwa. Kepada Tuhan kau berharap agar jiwamu kembali dalam keadaan tenang dan lapang.

Kita harus lakukan ritual yang bisa mengisi batere jiwa dengan merenung mengerahkan daya pikir. Mengucapkan do'a-do'a yang mampu mencapai kedalaman rasa dan ketinggian harkat.

Bila masih gagal mencapai kata seimbang, periksa kembali rel kehidupanmu dari awal. Jalan yang lempang ataukah menyimpang yang telah kau tempuh selama ini. 

Inilah sekelumit pengetahuan tentang jiwa. Asahlah ia agar menjadikan hidup lebih bermakna.

Bandung, 25 Februari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun