Mohon tunggu...
temali asih
temali asih Mohon Tunggu... Guru -

berbagi dan mengasihi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Adios

24 Januari 2019   22:58 Diperbarui: 2 Februari 2019   14:03 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah tiga jam lebih sebelas menit ia mematung. Mengendus dan mendengus sesekali tanpa merubah posisinya tetap duduk waspada. Ia akui ini adalah rival terberat yang pernah dihadapi. Bukan tikus biasa yang mudah saja dijebloskan ke dalam jeruji besi dengan sedikit permainan OTT. Tikus ini mirip bunglon yang berwarna hijau dan kuning keemasan. 

Tugas dari Komisi Pemberantasan Keparat yang disingkat dengan KPKers kali ini telah memakan waktu tujuh bulan, tujuh hari dan menghabiskan tujuh milyar rupiah ditambah bunga tujuh persen.

"Tikus sialan!" gerutunya sambil terus mempertajam pandangannya. 

Tikus yang paling cerdas, gesit dan menakjubkan yang pernah ia temui. Sekali sempat mereka beradu pandang dan berbincang panjang tentang kehidupan.

"Namaku Wanni Pirate. Nama Anda,"tanya Wanni sembari menyorongkan tangan untuk berjabat tangan, sorot matanya penuh selidik.

"Panggil saya Sen Klik," Sambut Klik cepat. Ia menepis tangan Wanni. Tak sudi rasanya berjabat tangan dengan tikus keparat macam dia. Tugasnya adalah menangkap satu makhluk paling licik di seantero tanah air.

"Baguslah jika kau takut, tanganku tak akan menulari dirimu satu penyakit pun. Suatu saat kau akan merindukan untuk menciumnya," tukas Wanni dengan penuh percaya diri. Suaranya mengandung gaung yang sanggup menggetarkan telinga para pemilik jiwa yang tajam. 

Beberapa saat Klik tersedot karisma lelaki paruh baya berwajah tirus bermata sipit. Namun, senyum Wanni mengingatkannya pada seekor tikus besar yang pernah digebuk sampai mati oleh pentungan yang sengaja ia siapkan untuk gerombolan tikus dan curut yang rajin bolak-balik memenuhi para-para. 

"Aku punya satu pertanyaan, kuminta kau menjawabnya secara jujur," Wanni menatapnya dengan tajam.

Edan! Tatapan itu begitu menusuk kalbu Klik. Ia tak bisa berdusta. Jiwanya serasa dikunci oleh kekuatan gaib yang mendorongnya untuk mengiyakan permintaan manusia keparat itu.

"Baiklah! Apa yang ingin kau tanyakan? tak perlu bertele-tele. Saya kehabisan waktu," sahut Klik tegas agar Wanni benar-benar memberikan pertanyaan yang berharga hingga bisa membantunya untuk membereskan urusan dengan segera. Secepat mungkin menjebloskannya ke penjara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun