Mohon tunggu...
Ardipri
Ardipri Mohon Tunggu... Petani - Opini

Opini publik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Negara Imajinasi

16 Juni 2019   05:45 Diperbarui: 16 Juni 2019   05:52 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Melihat negara meringis

Ibu pertiwi melihat menangis

Pelukan kasih sayang mulai jarang

Pertikaian saling menyalahakan miris

Atas nama keadilan mata tertutup

Tak saling percaya menunduk

Menutup telingan diskusi

Tak ada titik terang atas ketidak mengertian

Sang pengadil bukan tuhan

Penggugat bukan bearti benar

Tergugat bukan berati salah

Saksi hanya melihat dan dia bukan malaikat

Kala negara ini saling percaya

Kala negara ini semuanya adil

Kala negara ini saling mencinta

Kala negara ini tak saling menyakiti

Waktu selalu menggariskan

Sejarah kelam jangan diulang

Keterpurukan silam jadikan pelajaran

Bukan untuk alat pertikaian

Negara dongeng di imajinasiku ini

Negara penuh dengan kedamaian

Pulau  dan lautan penuh keindahan

Gugung dan hutan sebuah kekuatan

Negara ini negara harmonis

Perbedaan yang menjadi pemanis

Politik lambang dari demokratis

Semua imbang tak kelebihan tak kekurangan

Rakyat yang kreatif tak naif

Saling menopang terlihat asik

Saling menegur bertingkah baik

Memahami tak saling berkelahi

Kebaskan sayapmu yang gagah

Cengkram persatuan yang kau bawa

Lambang didadamu adalah falsafah

Ideologi inti dari negara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun