Mohon tunggu...
Teguh setiawan
Teguh setiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Email: teguhpangerankegelapan@gmail.com

Seluruh tulisan ini saya persembahkan untuk anak saya yaitu Fathan pratama setiawan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Spasi di Setiap Kalimat Cinta

6 April 2022   11:32 Diperbarui: 6 April 2022   11:40 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Baiklah hari ini akan kutuliskan kisahku.Kuharap engkau mau membacanya dengan sabar sebagaimana aku pun membaca kisahmu dengan sabar. Aku selalu sabar membaca ceritamu, sabar sampai aku menikmati setiap guratan tinta di tiap halamannya. Aku menikmati setiap incinya, menikmati setiap huruf, setiap kata,setiap kalimat, setiap paragraf dan bahkan setiap spasi yang kugunakan untuk menghela nafas sembari menerka-nerka arah ujung kisahmu. Kini giliranku dengan seluruh kisahku.

Anggaplah aku sedang bercakap-cakap denganmu, lewat hati yang berbisik lembut melalui untaian huruf ini, dan kuharap kau bisa masuk ke dalam duniaku.

Sebenarnya aku mencintai seorang perempuan, sebut saja "W" karena aku lebih menyukai inisial untuk orang yang kucintai seperti halnya chairil anwar yang memanggil "H" untuk Seorang Hafsah yang begitu ia cintai. Chairil memanggil kekasihnya dengan inisial maka begitupun aku. Aku memuja chairil begitupun aku sangat menghormati cara-caranya dalam memperlakukan orang yang ia cintai. Tentu saja aku bukan peniru, ini adalah reinkarnasi sikap dalam lintasan zaman yang terus bergulir, cara lama pasti akan digunakan. Orang yang memahami konsep cinta pasti faham pesan ini. Jika kau seorang penulis maka kau memaklumi cara yang tak lazim ini. Ini adalah caraku menulis sebagaimana cara orang dulu menulis.

[Pukul 12.00 WIB]
Cuaca benar-benar sangat panas hari sampai-sampai kulitku hampir meleleh akan karenanya. Aku perlu berlindung dari terpaan sinar matahari ini. Kupilih perpustakaan sebagai tempatnya. Perpustakaan memang selalu jadi tempat favoritku, ditempat ini hanya orang-orang pilihan yang bisa duduk di bangku perpustakaan. Mereka adalah orang-orang cerdas pecinta ilmu, dan hanya hanya kaum terpelajar saja yang mampu duduk berjam-jam dikepung ribuan buku. Bagiku perpusatakaan adalah tempat terbaik. Aku suka disini.

[Pukul 12.39 WIB]
Aku masih di perpustakaan ini, ditemani buku dan berharap bisa tenggelam dalam alunan waktu sampai senja menjelang. Ketika senja aku pasti beranjak pulang. menikmati sore dan menghirup udara sore sisa-sisa bakaran matahari kepada aspal jalan dan pepohonan dikanan kiri. Bau seperti ini yang kusuka saat matahari mulai meredup beranjak tenggelam di senjakala.

[Pukul 13.00 WIB]
Aku duduk di bangku dengan meja kayu jati yang amat panjang. Disini aku ditemani oleh orang-orang hebat yang tak pernah kutemui sebelumnya, mereka sebagian dari eropa, sedikit dari asia dan sebagian lagi amerika. Mereka berjajar rapi ingin mengajak bercakap-cakap, tentulah aku sangat bingung manakah yang harus kupilih karena  tak mungkin aku bisa membaca sepuluh buku dalam waktu bersamaan. Mereka tampak murung, entah itu Edward snowden, karl may, JD salinger, Egdar Allan poe, Ernest Hemingway, Pauolo freire, Harriot baker stow, JK Rowling, Anthony gidden, Ryunoskuke akutagawa, dan lain-lain.


Baiklah, kupilih Ryunosuke akutagawa. Kupilih pria kurus dari jepang ini untuk kuajak bercakap-cakap. Ia adalah orang besar dengan pola pikir "rusak", pria ini mengalami gangguan jiwa dan sempat dikurung di sel rumah sakit jiwa di jepang. Anehnya kendati mengalami gangguan jiwa "Schizofrenia" pria ini mampu menulis lurus seperti orang normal. Lompatan logikanya cukup jenius sehingga buku yang ia tulis tak bisa dibaca satu kali saja, kita harus membacanya berulang-kali sampai akhirnya faham isi pikirannya. Ia merupakan penulis legendaris dari jepang dengan karya yang sangat banyak. Bahasanya cukup puitis membius semua orang yang membacanya, dan semua terhenti saat ia memutuskan untuk bunuh diri. Ia meregang nyawa melalui keputusannya. Ia terus menulis dan bahkan untuk akhir takdirnya ia menuliskannya, sepertinya ia tak ingin langit menuliskan akhir takdirnya. Begitulah Ryunosuke akutagawa.

[Pukul 13:30 WIB]
Aku duduk di lantai atas balkon perpustakaan dengan meja panjang menghadap ke aula utama. Dari sini aku bisa melihat seisi ruangan perpustakaan terutama yang berada di lantai bawah. Aku suka duduk di balkon atas karena ada jendela kaca kristal bak gereja klasik di eropa. Kaca jendela ini memantulkan sinar dengan bias warna-warni indah. Jika cahayanya mulai hilang itu pertanda hari mulai sore. Itu terjadi maka aku bergegas pulang, karena seperti yang kau tahu aku hanya diam berjam-jam sampai sore di perpustakaan ini kemudian pulang.

Aku masih duduk di balkon atas sini, tentu saja ditemani oleh Ryunosuke akutagawa dalam genggamanku. Lewat buku berjudul "Kappa" tulisannya aku tenggelam bersama kisahnya. Kendati aku membaca buku tapi aku bisa membagi fokus konsentrasiku menjadi serpihan kecil. Mataku bisa memandang kesemua arah tanpa kehilangan fokus saat membaca. aku membaginya setiap detik dan menit pandangan. Kadang aku melihat halaman buku terkadang juga aku melihat keadaan sekitar. Aku pecinta buku namun aku bukan kutu buku yang hanya cinta pada bukunya. Aku bukan tipikal pria berkacamata tebal yang hafal buku namun tak peduli dengan sekitar.

Suasana hening tiba-tiba berubah menjadi riuh rendah penuh kebisingan.Benar-benar memuakan, jika suasana hening tiba-tiba berubah jadi gaduh dengan suara-suara. Siapakah yang membuat ruangan ini gaduh?

Secepatnya aku memandang kebawah aula perpustakaan. Sontak aku benar-benar terkejut. Ternyata suara itu muncul dari "W", seseorang yang aku cintai. Ia muncul dengan tiga orang perempuan teman-temannya. Mereka berbincang satu sama lain dengan nada rendah seperti sebuah persekongkolan jahat. Aku faham, rupanya mereka sedang berdiskusi. W Bukanlah seorang pembaca buku, ia ke perpustakaan pun sepertinya hanya ingin berdiskusi dengan teman-temannya. Mungkin ia sedang rapat. Merencanakan sesuatu, Entahlah?

[Pukul 13:59 WIB]
Kau tahu "W" adalah gadis pujaanku. Ia adalah perempuan tercantik di kampus ini. W berkulit hitam manis kecokelatan dengan alis tipis melengkung bak bulan sabit. Wajahnya cantik paripurna bagai puteri raja dari jawa. W memiliki mata yang indah berbinar, setiap ia memandang pandangannya sendu penuh misteri dalam setiap keindahannya. W memiliki kantung mata yang mengendur menggelambir turun seperti orang kurang tidur. Kantung mata yang mengendur ini tak pernah mengurangi kecantikannya. Kantung mata yang menggelambir karena kurang tidur akan terlihat indah ketika W tertawa atau hanya tersenyum. Matanya mengecil saat tertawa, sedikit sipit ketika sedang tersenyum dan semua menjadi indah dengan paduan kantung mata yang lelah miliknya. W ialah perempuan cantik dengan kantung mata yang lelah. Saat semua perempuan menutupi kantung mata yang menggelambir dengan eye shadow dan berbagai make up dandanan, W malah membiarkannya. Ini yang selalu kusuka dari W, ia selalu tampil apa adanya sekalipun ia berdandan.

W bertubuh gemuk, ia bukan seperti perempuan cantik pada umumnya yang memiliki tubuh langsing dengan lekukan yang seksi. W ku tak demikian. W bertubuh gemuk tapi masih proporsional. Bukan obesitas apalagi korban lemak. W bertubuh gemuk dengan tinggi badan 170 cm jadi bentuk tubuhnya proporsional. Jika W berperawakan pendek tentu ia seperti Ban truk yang menggelinding. W ku tak seperti itu. W adalah perempuan cantik bertubuh gemuk. Ia seperti Drew Barrymore ketika gemuk. hanya seperti saja, karena W lebih cantik dari Drew Barrymore. Sekalipun bertubuh gemuk W selalu menyamarkannya dengan busana jilbab yang trendy. Ia selalu memakai warna gelap dengan baju yang ketat mencetak pinggang sehingga terlihat kurus. Cara ini memang cara cerdas. W selalu memakai baju dengan lengan digulung 3/4, tangannya berkulit bersih berbulu panjang.

Sebenarnya aku ingin memanggilnya "Gajah" seperti chairil anwar memanggil kekasihnya yang bertubuh gemuk. Ah, tentu jika ini kulakukan W pasti marah. ia tak akan mengerti. Celotehan chairil cukup unik. Perlu waktu sepertinya meniru gaya chairil yang eksentrik ini. ku yakin suatu saat W pasti faham jika kuajak diskusi kelak.

[Pukul 14:15 WIB]
W masih duduk dibangkunya bersama tiga perempuan temannya. Mereka asyik berdiskusi satu sama lain.Serius sekali tampaknya, terlihat dari air muka mereka. W masih terlihat santai, ia sepertinya pasif hanya mendengarkan tiga orang temannya. Aku masih melihat mereka berdiskusi dari atas balkon sini. Kuperhatikan semuanya secara terperinci.

Apa sih yang mereka bicarakan? Penasaran aku dibuatnya. Pandanganku terpaku pada mereka. Aku benar-benar penasaran, semua kuperhatikan betul apa yang mereka bicarakan. Aku memang tak bisa mendengar apa yang mereka katakan tapi aku bisa membaca gerak bibir mereka berempat. Aku pandai membaca gerak bibir. Apa kau tahu membaca gerak bibir adalah sebuah keahlian yang sangat dihormati di eropa. Keahlian ini bahkan selalu digunakan oleh fihak tertentu dengan bayaran mahal, khususnya di eropa. Semua bermula saat final piala dunia antara Italy melawan Ferancis dimana zidane menanduk marco materazzi sampai jatuh tersungkur. Insiden pelanggaran ini kontan membuat wasit menggeluarkan kartu merah untuk zidane karena melakukan pelanggaran tindakan kasar yang dinilai keluar dari prinsip fair play. Semua mata dunia menyalahkan zidane.

Zidane berkilah bahwa dirinya melakukan perbuatan itu karena Materazzi menghina ibu zidane dengan sebutan teroris, lalu zidane emosi dan menanduk materazzi dengan keras. Apakah benar perkataan zidane itu? FIFA kemudian menggunakan jasa pembaca bibir untuk membaca situasi tersebut terlebih dimana materazzi berucap sebelum akhirnya di tanduk oleh zidane. Alhasil benarlah apa yang dikatakan zidane. Semua terjadi karena provokasi materazzi pada zidane. Sejak saat itu aku tertarik dengan ilmu membaca bibir dan terus memperdalamnya. Dan hari ini ilmu tersebut kugunakan dalam melihat W dan ketiga sahabatnya. Percayalah aku sangat mahir dalam membaca gerak bibir.

Setelah kulihat dengan seksama, ternyata mereka sedang membicarakan sebuah peristiwa besar yang menimpa senior mereka yaitu seorang alumni organisasi mereka, ia seorang pejabat yang tertangkap tangan sedang berduaan di kamar melakukan hubungan seks. Skandal seks ini terekam oleh mata publik dan para wartawan memberitakannya menjadi head line news. Mereka berempat membicarakan ini. Panik,emosi,dan nada membela diri selalu terlihat dari ketiga teman W. Sementara W tampak pasif mendengarkan. Ketiga teman W masih berargumentasi bahwa skandal seks itu adalah fitnah yang di lemparkan orang tidak bertanggung. Apakah benar? entahlah. Sulit mempercayai bahwa semua itu fitnah karena bagaimana mungkin dua orang dewasa berada dalam satu kamar melakukan seks atas dasar fitnahan. Sudah pasti mereka melakukannya dengan suka sama suka. Ketiga teman W tetap keukeuh bahwa kejadian itu adalah kejadian yang dibuat-buat, tuduhan tak berdasar dan fitnah belaka. Mereka bertiga tipikal junior buta yang membela senior habis-habisan. Mungkin mereka termakan doktrin senioritas yang salah kaprah. Mereka membela habis-habisan senior mereka kendati senior mereka salah, hal ini dilakukan untuk menjaga nama almamater organisasi. Mereka tampak serius berdiskusi, aku masih melihat mereka dari atas balkon sini. Ketiga teman W terus saja membahas peristiwa tersebut sementara W masih pasif mendengarkan. W tak banyak berkata-kata. Ia hanya mendengarkan dan sesekali mengangukan kepala. Kuyakin W merasa risih membahas kejadian ini. di tengah obrolan tatapan mata W kosong, ia sepertinya berjelaga ke tempat lain dibanding mendengar ketiga temannya itu. W tetap diam. Beberapa menit kemudian ketiga teman W pamit pulang, mereka berjalan meninggalkan perpustakaan. W tetap diam duduk di bangku. Ia sepertinya malas untuk pulang. W sendirian saja duduk di bangku aula tengah perpustakaan.

[Pukul 14:40 WIB]
Aku masih saja melihat W yang tengah duduk di bangku aula tengah perpustakaan. Pandanganku tak berubah, aku tetap melihatnya dari balkon atas ke bawah. Aku melihat W tapi W tak sadar bahwa ia sedang diperhatikan.

W benar-benar cantik. Ia mengenakan pakaian hitam dengan jilbab warna abu-abu. Celana jeans ketat dan sepatu casual. Cara berpakaian W memang sangat apik, ia berhasil menyamarkan badan gemuknya dengan pakaian warna gelap dan agak ketat di pinggang sehingga terlihat langsing. Gaya berpakaian ini yang selalu kusuka. W sangat modis, selalu tampil menawan dengan pakaian yang ia kenakan.

W masih duduk di bangkunya. ia sepertinya bosan dan jenuh dengan tiga orang temannya tadi. W diam, duduk rapi dan asyik dengan HP nya. Ia melakukan swafoto, selfie dengan berbagai arah dan sudut pandang. Sesekali W mengatur pengaturan kamera di HP nya. Tibalah di satu gaya yang menurutnya bagus untuk di foto. Fose yang menawan. W memfoto close up wajahnya dengan kamera yang sudah di setting, telapak tangan kirinya ditekuk sehingga punggung tanganya menempel ke pipi kirinya, menyangga wajah yang ia miringkan ke arah kiri. Ia tersenyum kecil. Memasang wajah terbaiknya. Jilbab abu-abu, baju hitam, lengan di gulung 3/4 dengan jam tangan rantai warna hitam. W berfoto...dan jepreeettt..jadilah gambar yang ia inginkan. W langsung memajang di status whataps miliknya. Foto yang cantik menawan.

W memasang foto itu di semua sosial media miliknya, ia pun merubah foto cantiknya dengan versi kartun animasi. Ia menampilkan dua foto sekaligus. foto asli dan foto kartun.

Dari sekian foto selfie W. Foto inilah yang selalu kusukai. Aku selalu menyukai foto ini. Senyum kecil dengan air muka yang sendu, syahdu menawan dengan kantung mata yang menggelambir turun seperti kelelahan bak kurang tidur tapi tak sedikitpun mengurangi kecantikannya. W adalah perempuan yang paling cantik.

W terus menerus selfie. Ia cukup narsis namun dalam batas yang wajar. ia selalu ingin tampil maksimal untuk semua orang. inilah yang selalu kusukai dari W.

Ia masih memainkan HP nya dengan ibu jari yang cepat. Sepertinya ia sangat dekat dengan HP sebagaimana aku sangat dekat dengan buku.

[Pukul 15:30 WIB]
Hari sudah mulai sore, sepertinya aku harus segera pulang. Buku "kappa" milik ryunosuke akutagawa aku simpan kembali ke rak asalnya. Aku siap-siap pulang.

Sebelum pulang sebaiknya aku pandang lagi W dari atas balkon ini. Ketika kulihat ternyata W sudah tidak ada ditempat. Cepat sekali ia pergi. Mungkin ia sudah bosan di perpustakaan. Ah, sudahlah mungkin W sekarang sudah pulang.

[Pukul 16:00 WIB]
Aku beranjak pulang. Aku siap-siap menuruni tangga dari atas balkon menuju ke lantai 1 aula perpustakaan. Baru saja beberapa langkah menuruni anak tangga tiba-tiba suara langkah berlawanan hadir. Rupanya seseorang sedang menaiki tangga menuju balkon dari lantai 1. Ketika mendekat, barulah terlihat, rupanya W. Aku begitu terkejut rupanya W belum pulang. Ia tak terlihat dari atas karena ia menuju balkon atas.

Aku menghentikan langkah dan melihat W berjalan ke arahku. Aku terpaku, sedikit gugup dengan hati dag dig dug melihat W yang tengah berjalan ke arahku. W dengan santai berjalan menaiki tangga. Caranya berjalan sungguh menawan, ia terlihat cantik dengan baju hitam dan jilbab abu-abunya.

Aku sangat gugup dengan semua pemandangan yang tersaji di depanku ini. Apa kau tahu, Kabar buruk dari semua perasaanku ialah selama ini aku masih memendam perasaan cinta kepada W. Sampai detik ini aku belum menyatakannya.

W tepat berada dihadapanku. Ia tiba-tiba saja memegang erat tanganku dan menuntunku duduk ke bangku. Sepertinya ada yang ingin dibicarakan, ia masih memegang tanganku dan aku tak mau melepaskannya. Tanganya begitu lembut, jemari kami saling bertautan, hangat dan penuh perasaan. Kami saling menatap.

Aku dan W sangat dekat sebelumnya. Kami bagaikan sahabat karena sebelumnya kita pun pernah satu sekolah saat SMA yaitu di SMA 3 Bandung. Maka dari itu W tak ragu saat memegang tanganku karena memang dari dulu  kami sudah dekat, namun tentang perasaanku W tak pernah tahu. Aku masih merahasiakannya. Aku masih menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya.

Aku masih menerka-nerka apakah W tahu tentang perasaanku? W memang penuh misteri, ia bagaikan kode enigma yang penuh teka teki, semua sikapnya perlu diterjemahkan secara apik. Hal-hal yang cukup menguras pikiran dalam menyimpulkan bagaimana perasaan W padaku. Dan aku masih terjebak dalam labirin misteri yang ia sediakan, sementara aku masih menahan semua perasaanku padanya. Cara memegang tangan saja ini perlu diterjemahkan. Bagaimana mungkin W mau memegang jemari tanganku bertautan dalam waktu yang lama. Apa ini artinya? W tak mungkin melakukan ini juga pada lelaki lain. aku tahu betul sifatnya. Ia perempuan yang anggun dalam setiap ucapan dan tindakannya. Semua keindahan terselimuti misteri. Inilah karakter yang W sendiri bangun. Aku harus mencari jawabannya.

"Besok acara malam inagurasi fakultas, tolong bantuin aku ya?" ujar W memohon padaku.

"Iya tenang aja, ntar aku bantuin," jawabku.

W saat ini jadi panitia OSPEK dan besok ialah malam inagurasi fakultas. W seorang aktivis, ia selalu aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, dan besok sepertinya aku harus membantu W.

W tersenyum mendengar jawabanku. Hal yang selalu ku sukai dari W saat tersenyum ialah matanya mengecil sipit dengan kantung mata mengendur seperti orang kurang tidur, namun tetap cantik dengan posisinya. Ia cantik dengan apa adanya.

"Makasih ya gie," W berkata dan masih memegang tanganku ini.

"Eh..tapi ada syaratnya," jawabku singkat.

"Apa syaratnya?"

"Syaratnya di malam inagurasi aku jadi pasangan kamu ya..," sahutku sambil tertawa kecil

"Oke siap,"

"Satu lagi syaratnya, selama acara inagurasi aku pengen pegang tangan kamu kaya gini, ga boleh lepas,"

"iya iya,"

W meng-iya-kan semua syarat yang ku kemukakan, ia kemudian pamit pulang dan mengingatkan agar besok hadir di acara inagurasi.

"Makasih yaa.. dadah," W berlalu pergi.

[Pukul 16:40 WIB]
W berangkat pergi untuk pulang. Sebelumnya ia berjalan ke meja penjaga perpustakaan untuk pamit, kemudian mulai menuju pintu keluar. W menggesekan kartu anggota perpustakaanya pada mesin pembaca yang menempel di pintu kaca. Semua pengunjung yang keluar dan masuk wajib menggesekan kartunya pada mesin supaya pintu bisa terbuka. Setelah pintu terbuka dan ditutup pintu akan terkunci secara otomatis. Semua memakai teknologi digital.

ACCES DENIED

Tulisan ini muncul dilayar mesin penggesek kartu pass perpustakaan sambil bunyi tiitt dua kali. W benar-benar kesal saat ini terjadi, mukanya ngambek dan marah-marah tak karuan. Ia berulang kali menggesekan kartu pass nya namun tetap saja pintu perpustakaan tak terbuka.

Penjaga perpustakaan berusaha membantu W dengan cara meminjamkan kartunya untuk di gesek ke mesin pembaca kartu pass, tetapi tetap saja pintu tak terbuka. Aneh sekali. Aku bergegas menuju pintu itu menemui W dan penjaga perpustakaan. Kucoba kartu miliku untuk dipakai, dan ternyata tak bisa juga. Tiga kartu kami semuanya tak bisa berfungsi. Sepertinya mesin pembaca kartu ini rusak. Inilah jeleknya teknologi digital, ketika sedang rusak sungguh merepotkan. Kami seperti terkunci di perpustakaan ini.

Penjaga perpustakaan berusaha menelepon teknisi, ia memanggil mereka untuk datang memperbaiki mesin ini, karena jika tidak maka kami bertiga akan terkurung di perpustakaan ini.

Sialnya, menurut penjaga perpustakaan, hari sabtu merupakan hari libur bagi para teknisi. Perusahaan teknologi rekanan kampus kami ini memang menjadwalkan hari sabtu-minggu sebagai hari libur bagi karyawanannya. Jika pun bisa maka karyawan tersebut harus mengorbankan hari liburnya untuk bekerja menyelematkan kami yang terkurung di ruangan ini. Penjaga perpustakaan menelepon satu persatu karyawan teknisi yang sedang libur itu. Sebagian dari mereka menolak untuk dipanggil, dengan berbagai kilah alasannya; ada yang sedang diluar kota, ada yang sedang berpiknik, ada yang sedang sakit, dan lain-lain. Hal ini bisa difahami. Barang kali jika aku pun seorang teknisi dan ditelpon saat hari libur maka aku pun akan mencari seribu alasan untuk menolaknya. Tak heran.

Kabar gembira datang, penjaga perpustakaan mengabarkan bahwa ada satu teknisi yang mau datang memperbaiki mesin pembaca kartu pass itu namun teknisi ini berdomisili di ujung berung. Jarak yang cukup jauh. Kau tahu jarak antara ujung berung menuju ciumbuleuit itu sangat jauh, belum lagi hari ini hari sabtu pasti lalu lintas sangat padat. Di saat weekend seperti hari ini jalanan pasti macet. Si teknisi bisa lama sekali datang ke kampus kami. mungkin bisa dua sampai tiga jam terlebih jika jalanan macet.

[Pukul 17:49 WIB]
Di perpustakaan ini kami cuma bertiga. Pak penjaga perpus, aku dan W. Ya, cuma kami bertiga karena sebelumnya yang ada di perpustakaan ini sudah pada pulang. Seperti yang kau tahu, perpustakaan dimana pun berada pastilah sepi pengunjungnya. Biasanya perpustakaan di kampus kami tutup jam 17.00 WIB, tapi hari ini sepertinya kami bertiga akan lebih lama tinggal di perpustakaan ini karena harus menunggu teknisi datang menyelamatkan kami.

[Pukul 18:30 WIB]
Suasana sudah mulai sepi. Kampus pun mulai sepi, tak ada suara-suara diluar gedung perpustakaan. Kegiatan UKM pun sepertinya sudah mulai selesai, biasanya selalu saja ada yang berlatih basket, berlatih tae kwon do, dan berlatih panjat tebing. Namun semuanya hening tampaknya mereka sudah pulang. Setelah magrib menjelang kampus kami sudah sepi karena saat ini fihak rektorat menghapus kelas karyawan yang kuliah malam dari jam 18.00- 22.00 WIB. Jadi jam 17.00 WIB pun semua kegiatan terhenti. Kampus hening dan hanya ada satpam saja yang berjaga dan itupun mereka hanya duduk saja di pos jaga sambil bermain gadget.

BERSAMBUNG.........

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun