Mohon tunggu...
Teguh setiawan
Teguh setiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Email: teguhpangerankegelapan@gmail.com

Seluruh tulisan ini saya persembahkan untuk anak saya yaitu Fathan pratama setiawan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Spasi di Setiap Kalimat Cinta

6 April 2022   11:32 Diperbarui: 6 April 2022   11:40 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Baiklah hari ini akan kutuliskan kisahku.Kuharap engkau mau membacanya dengan sabar sebagaimana aku pun membaca kisahmu dengan sabar. Aku selalu sabar membaca ceritamu, sabar sampai aku menikmati setiap guratan tinta di tiap halamannya. Aku menikmati setiap incinya, menikmati setiap huruf, setiap kata,setiap kalimat, setiap paragraf dan bahkan setiap spasi yang kugunakan untuk menghela nafas sembari menerka-nerka arah ujung kisahmu. Kini giliranku dengan seluruh kisahku.

Anggaplah aku sedang bercakap-cakap denganmu, lewat hati yang berbisik lembut melalui untaian huruf ini, dan kuharap kau bisa masuk ke dalam duniaku.

Sebenarnya aku mencintai seorang perempuan, sebut saja "W" karena aku lebih menyukai inisial untuk orang yang kucintai seperti halnya chairil anwar yang memanggil "H" untuk Seorang Hafsah yang begitu ia cintai. Chairil memanggil kekasihnya dengan inisial maka begitupun aku. Aku memuja chairil begitupun aku sangat menghormati cara-caranya dalam memperlakukan orang yang ia cintai. Tentu saja aku bukan peniru, ini adalah reinkarnasi sikap dalam lintasan zaman yang terus bergulir, cara lama pasti akan digunakan. Orang yang memahami konsep cinta pasti faham pesan ini. Jika kau seorang penulis maka kau memaklumi cara yang tak lazim ini. Ini adalah caraku menulis sebagaimana cara orang dulu menulis.

[Pukul 12.00 WIB]
Cuaca benar-benar sangat panas hari sampai-sampai kulitku hampir meleleh akan karenanya. Aku perlu berlindung dari terpaan sinar matahari ini. Kupilih perpustakaan sebagai tempatnya. Perpustakaan memang selalu jadi tempat favoritku, ditempat ini hanya orang-orang pilihan yang bisa duduk di bangku perpustakaan. Mereka adalah orang-orang cerdas pecinta ilmu, dan hanya hanya kaum terpelajar saja yang mampu duduk berjam-jam dikepung ribuan buku. Bagiku perpusatakaan adalah tempat terbaik. Aku suka disini.

[Pukul 12.39 WIB]
Aku masih di perpustakaan ini, ditemani buku dan berharap bisa tenggelam dalam alunan waktu sampai senja menjelang. Ketika senja aku pasti beranjak pulang. menikmati sore dan menghirup udara sore sisa-sisa bakaran matahari kepada aspal jalan dan pepohonan dikanan kiri. Bau seperti ini yang kusuka saat matahari mulai meredup beranjak tenggelam di senjakala.

[Pukul 13.00 WIB]
Aku duduk di bangku dengan meja kayu jati yang amat panjang. Disini aku ditemani oleh orang-orang hebat yang tak pernah kutemui sebelumnya, mereka sebagian dari eropa, sedikit dari asia dan sebagian lagi amerika. Mereka berjajar rapi ingin mengajak bercakap-cakap, tentulah aku sangat bingung manakah yang harus kupilih karena  tak mungkin aku bisa membaca sepuluh buku dalam waktu bersamaan. Mereka tampak murung, entah itu Edward snowden, karl may, JD salinger, Egdar Allan poe, Ernest Hemingway, Pauolo freire, Harriot baker stow, JK Rowling, Anthony gidden, Ryunoskuke akutagawa, dan lain-lain.

Baiklah, kupilih Ryunosuke akutagawa. Kupilih pria kurus dari jepang ini untuk kuajak bercakap-cakap. Ia adalah orang besar dengan pola pikir "rusak", pria ini mengalami gangguan jiwa dan sempat dikurung di sel rumah sakit jiwa di jepang. Anehnya kendati mengalami gangguan jiwa "Schizofrenia" pria ini mampu menulis lurus seperti orang normal. Lompatan logikanya cukup jenius sehingga buku yang ia tulis tak bisa dibaca satu kali saja, kita harus membacanya berulang-kali sampai akhirnya faham isi pikirannya. Ia merupakan penulis legendaris dari jepang dengan karya yang sangat banyak. Bahasanya cukup puitis membius semua orang yang membacanya, dan semua terhenti saat ia memutuskan untuk bunuh diri. Ia meregang nyawa melalui keputusannya. Ia terus menulis dan bahkan untuk akhir takdirnya ia menuliskannya, sepertinya ia tak ingin langit menuliskan akhir takdirnya. Begitulah Ryunosuke akutagawa.

[Pukul 13:30 WIB]
Aku duduk di lantai atas balkon perpustakaan dengan meja panjang menghadap ke aula utama. Dari sini aku bisa melihat seisi ruangan perpustakaan terutama yang berada di lantai bawah. Aku suka duduk di balkon atas karena ada jendela kaca kristal bak gereja klasik di eropa. Kaca jendela ini memantulkan sinar dengan bias warna-warni indah. Jika cahayanya mulai hilang itu pertanda hari mulai sore. Itu terjadi maka aku bergegas pulang, karena seperti yang kau tahu aku hanya diam berjam-jam sampai sore di perpustakaan ini kemudian pulang.

Aku masih duduk di balkon atas sini, tentu saja ditemani oleh Ryunosuke akutagawa dalam genggamanku. Lewat buku berjudul "Kappa" tulisannya aku tenggelam bersama kisahnya. Kendati aku membaca buku tapi aku bisa membagi fokus konsentrasiku menjadi serpihan kecil. Mataku bisa memandang kesemua arah tanpa kehilangan fokus saat membaca. aku membaginya setiap detik dan menit pandangan. Kadang aku melihat halaman buku terkadang juga aku melihat keadaan sekitar. Aku pecinta buku namun aku bukan kutu buku yang hanya cinta pada bukunya. Aku bukan tipikal pria berkacamata tebal yang hafal buku namun tak peduli dengan sekitar.

Suasana hening tiba-tiba berubah menjadi riuh rendah penuh kebisingan.Benar-benar memuakan, jika suasana hening tiba-tiba berubah jadi gaduh dengan suara-suara. Siapakah yang membuat ruangan ini gaduh?

Secepatnya aku memandang kebawah aula perpustakaan. Sontak aku benar-benar terkejut. Ternyata suara itu muncul dari "W", seseorang yang aku cintai. Ia muncul dengan tiga orang perempuan teman-temannya. Mereka berbincang satu sama lain dengan nada rendah seperti sebuah persekongkolan jahat. Aku faham, rupanya mereka sedang berdiskusi. W Bukanlah seorang pembaca buku, ia ke perpustakaan pun sepertinya hanya ingin berdiskusi dengan teman-temannya. Mungkin ia sedang rapat. Merencanakan sesuatu, Entahlah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun