Mohon tunggu...
Teguh setiawan
Teguh setiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Email: teguhpangerankegelapan@gmail.com

Seluruh tulisan ini saya persembahkan untuk anak saya yaitu Fathan pratama setiawan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nyimas Gamparan, Pendekar Perempuan Banten yang Gagah Berani Melawan Penjajah Belanda

10 Maret 2022   16:38 Diperbarui: 10 Maret 2022   16:41 2389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nyimas Gamparan merupakan tokoh perempuan dari Banten yang selalu berani melawan penjajah belanda.

Nyimas Gamparan merupakan keturunan dari keluarga kesultanan Banten. Pasca dihapuskannya kesultanan Banten oleh Belanda pada tahun 1813 yaitu di era sultan muhamad syaifiudin, keluarga kesultanan Banten banyak berdiaspora ke berbagai wilayah, salah satunya anggota keluarga kesultanan yang menyebar itu ialah Nyimas Gamparan. Penyebaran itu terjadi karena kebijakan politik belanda yang menghapus sistem kesultanan banten, tak hanya itu berbagai tekanan serta persekusi pun kerap dilakukan belanda kepada anggota keluarga kesultanan. Selain itu pemerintah belanda pun menyita aset-aset keluarga kesultanan banten yang ada di berbagai wilayah banten.

Nyimas Gamparan pada tahun 1830-an kembali ke Banten, ia jengah dan marah dengan kelakuan belanda yang memperlakukan anggota kesultanan Banten semena-mena. Kemarahan Nyimas Gamparan semakin memuncak tatkala ia menemukan penindasan dilakukan kepada rakyat Banten. Penindasan itu terjadi semakin keras tak berprikemanusiaan ketika Belanda menerapkan kebijakan tanam pakasa atau cultuurstelsel yang menopang kebijakan lainnya yaitu pembangunan jalan anyer sampai panarukan.  Kebijakan yang menindas rakyat banten ini terjadi ketika Herman Willem Daendels menjadi gubernur jendral memimpin pemerintahan kolonial belanda.

Tak tahan melihat penderitaan rakyat Banten yang kian hari kian ditindas oleh Belanda, maka Nyimas Gamparan dengan tekad bulat mengobarkan perlawanan kepada Belanda. Ia memimpin 30 milisi perempuan melakukan pemberontakan kepada belanda. Peperangan demi peperangan terus dilakukan oleh Nyimas Gamparan dalam melawan Belanda. Perang tersebut terjadi di berbagai wilayah di Banten secara terus menerus dalam skala yang massif, bahkan perang besar terjadi pada tahun 1836 terkenal dengan sebutan "Peristiwa cikande udik", dimana dalam perang ini pasukan Nyimas Gamparan berhasil membuat pasukan belanda mengalami kekalahan.

Pasukan Nyimas Gamparan merupakan pasukan yang tangguh dalam berperang karena pasukan ini memiliki semangat yang tinggi,militan dan disiplin. Nyimas Gamparan sendiri memiliki kemahiran ilmu bela diri dan kesaktian kanuragan sehingga pasukannya pun memiliki kelebihan serupa dibawah arahan Nyimas Gamparan. Selain keterampilan beladiri serta kesaktian kanuragan, pasukan Nyimas gamparan pun lihai dalam menerapkan strategi perang gerilya dimana pergerakannya tak bisa ditebak oleh fihak belanda, pasukan gerilya ini mampu berpindah-pindah secara cepat dan memiliki tempat persembunyian yang tak terdeteksi oleh belanda. Tercatat oleh sejarah pasukan Nyimas Gamparan ini bermarkas di Balaraja (Tangerang) dan memiliki tempat persembunyian di daerah yang tak bisa dijangkau, yaitu di desa kubang, kecamatan sukamulya-tangerang.

Peperangan demi peperangan terus berlangsung sehingga Belanda mengalami kekalahan. Kekalahan ini bahkan membuat belanda mengalami kerugian materi karena menguras uang yang banyak. Kondisi yang tak menguntungkan belanda ini membuat belanda memutar otak dalam menumpas perlawanan Nyimas Gamparan. Strategi demi strategi pun banyak dilakukan belanda sampai pada akhirnya belanda memakai strategi adu domba (devide et ampera) yaitu dengan cara memakai kekuatan pribumi untuk melawan pasukan Nyimas Gamparan. Strategi belanda ini dilakukan dengan cara meminta bantuan Raden tumenggung karta natanagara yang saat itu menjadi demang di wilayah jasinga bogor untuk menumpas perlawanan pasukan Nyimas Gamparan. Dengan imbalan akan dijadikan penguasa di Rangkasbitung maka Raden tumenggung karta natanagara ini menyanggupinya.

Peperangan pun terjadi antara pasukan Nyimas Gamparan dengan pasukannya Raden tumenggung karta natagara. Strategi yang di terapkan belanda ini akhirnya terbukti tepat karena dalam akhir peperangan pasukan karta natagara berhasil mengalahkan pasukan Nyimas Gamparan. Belanda dengan cara liciknya berhasil mengalahkan pasukan Nyimas gamparan sehingga perlawanan dan pemberontakan berhasil dipadamkan.

Kendati perlawanan Nyimas Gamparan ini berhasil dipadamkan namun kisah peperangan ini selalu membekas di hati masyarakat Banten. Kisah perjuangan Nyimas gamparan ini selalu dikenang sebagai perlawanan gagah berani dalam menentang kolonialisme belanda. Sampai saat ini masyarakat Banten selalu menghormati Nyimas Gamparan yang telah banyak berjasa dalam membela rakyat banten. Hingga kini petilasan Nyimas Gamparan selalu di ziarahi oleh masyarakat. Petilasan itu berlokasi di desa tanjung sari, kecamatan pabuaran-serang.[TS]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun