Mohon tunggu...
Teguh Nugroho
Teguh Nugroho Mohon Tunggu... Social Media Project Manager - Anak laki-laki yang suka kopi, pergi-pergi, dan kereta api

Second account, akun pertamanya udah lupa email saking terlalu lama nggak aktif. Kalo mau kenalan, silakan terbang ke blog thetravelearn.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Tak Hanya Rebahan, Ini yang Bisa Dilakukan untuk Membantu Negara Saat New Normal

4 Agustus 2020   21:53 Diperbarui: 4 Agustus 2020   21:57 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Koleksi" kartu debit saya dari berbagai bank/dokpri

Setelah itu, bukan berarti terus saya berhenti memakai kartu kredit. Mei 2019 saya traveling ke Hong Kong dan November 2019 saya melakukan perjalanan ke Hainan. Tapi, semua tagihan segera saya bayar lunas. Saya mengubah pola pikir saya. Kartu kredit bukan jalan untuk bebas berhutang, tapi sebagai metode pembayaran dan mengelola keuangan. 

Jadi, dari 2019 hingga saat ini (dan seterusnya), tagihan-tagihan kartu kredit selalu saya lunasi atau hampir lunasi setiap bulannya. Jumlah tagihannya pun, seingat saya, tak pernah lebih dari Rp3 juta. Berbeda dengan sebelumnya, tagihan saya pernah nyaris menyentuh angka limit!

Berfoto di Victoria Peak, Hong Kong/dokpri
Berfoto di Victoria Peak, Hong Kong/dokpri

Dari webinar Makroprudensial Aman Terjaga pada hari Selasa, 21 Juli 2020 lalu, di akun Youtube Kompasiana, saya baru sadar bahwa ternyata yang saya lakukan itu secara tidak langsung menjaga kestabilan keuangan. 

Pihak bank sebagai pemberi pinjaman mendapatkan dana dari saya sebagai nasabah, sehingga bisa digunakan untuk memberikan pinjaman kepada nasabah lain yang lebih membutuhkan. Cukuplah mereka saja yang menunda-nunda pelunasan hutang karena situasi yang sedang sulit. Saya yang masih berkecukupan nggak ada alasan untuk menunda membayar tagihan.

Bertransaksi dengan Uang Elektronik

Salah satu sektor bisnis yang terkena dampak secara luar biasa dari pandemi COVID-19 adalah layanan ojek online. Karena dianjurkan untuk menjaga jarak, layanan GORIDE dan GrabBike dilarang di kota-kota besar Indonesia, termasuk Bandung. Di Jakarta, GORIDE bahkan sampai dihapus sementara dari aplikasi GOJEK.

Makanya, untuk membantu para driver ojek online khususnya GOJEK, saya memesan makanan melalui GOFOOD setiap beberapa hari sekali, misalnya saat males masak atau pas ngidam makanan tertentu. Untuk meminimalisir risiko tertular COVID-19, saya hanya membeli di beberapa tempat makan tertentu di sekitar kost, radius 2 kilometer. Jadi, secara nggak langsung saya membantu perekonomian 2 pihak: ojek online dan tempat makan.

Selain GOPAY, saya juga punya Flazz dan MegaCash (yang saya beli untuk naik busway TransJakarta). Tapi berhubung saya nggak tinggal di Jakarta dan juga nggak lagi sering bolak-balik Jakarta, jadi sementara Flazz dan MegaCash nggak terpakai. Saya juga punya akun di DANA, kadang saya gunakan kalau pas lagi ada promo makanan menarik.

Asuransi Kesehatan

Saya terdaftar sebagai nasabah sebuah perusahaan asuransi untuk salah satu produk asuransi jiwanya. Kalau nggak salah sejak 2015 atau 2016, dan masih bertahan sampai sekarang. Sengaja pilih produk paling ekonomis karena saat itu saya masih bekerja di jajaran entry level, jumlah premi per bulannya memang sangat rendah, tapi tidak ada pengembalian dana sekian persen dalam sekian tahun seperti produk yang lebih mahal. Untuk itu, saya mempertimbangkan untuk beralih ke produk yang menyediakan fitur pengembalian dana, meski preminya lebih tinggi. Itung-itung dipaksa nabung lagi di tempat lain.

Beberapa hari lalu, rencana tersebut saya realisasikan di sebuah perusahaan asuransi yang lain. Sebagai bagian dari sandwich generation, menurut saya sebuah asuransi jiwa atau asuransi kesehatan tetap diperlukan.

Berinvestasi

Terakhir, produk keuangan yang saya gunakan adalah investasi, tepatnya reksa dana, emas, dan peer to peer (P2P) lending platform. Belum banyak sih. Maklum, karena baru mulai dan masih mau mengamankan dana darurat dulu sebesar 6 kali biaya hidup per bulan (yang mana saya bulatkan di angka Rp20 juta), tapi minimal saya sudah berani memulai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun