Mohon tunggu...
Teguh H Nugroho
Teguh H Nugroho Mohon Tunggu... Procurement - GA

Aku mencoba merangkai setiap isi hatiku dalam kata, hanya untuk kamu — satu-satunya alasan mengapa aku masih percaya pada cinta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Perahu di Laut Kenangan

13 Agustus 2025   18:16 Diperbarui: 13 Agustus 2025   18:16 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Perahu di Laut Kenangan | Sumber depositpfoto.com

Semua rasa ini... aku tuangkan di sini, di blog ini---seperti seseorang yang berdiri di ujung dermaga pada senja yang muram, menatap laut luas yang menghampar tanpa ujung. Di tanganku ada sebuah perahu kecil, rapuh namun kukuh, yang kubuat dari serpihan kata, dari potongan kenangan, dari sisa-sisa hati yang pernah utuh. Dengan napas panjang, aku melepaskannya ke permukaan air, membiarkannya terapung, perlahan menjauh dari kakiku.

Blog ini adalah perahuku. Ia terbuat dari papan-papan kata yang kususun dengan tangan gemetar---tangan yang pernah menggenggam erat, namun kini harus belajar melepaskan. Paku-paku yang menahannya adalah memori yang sulit kutarik keluar; setiap satu yang terlepas, akan meninggalkan bekas luka di permukaan kayu. Cat yang melapisinya bukanlah warna-warna ceria, melainkan kilau kusam dari air mata yang mengering di ujung malam.

Setiap tulisanku adalah dayung yang menggerakkan perahu ini. Setiap kalimat adalah tarikan lengan yang mengikis jarak antara aku dan pelabuhan tempat kenangan manis itu dulu berlabuh. Aku tahu, perjalanan ini tidak akan mudah. Laut kenangan bukan perairan yang tenang---kadang ombak rindu datang tiba-tiba, menghantam lambung perahu hingga aku hampir terhempas. Kadang badai kenangan muncul di tengah malam, mengguncang arah dan keyakinanku.

Ada malam-malam panjang di mana aku hanya duduk di dasar perahu, memeluk lutut, menatap horizon yang samar, dan bertanya kepada diriku sendiri---apakah aku benar-benar ingin pergi? Atau, tanpa sadar, aku berharap ada angin nakal yang justru meniupku kembali ke pelabuhan itu, ke tempat di mana senyum dan tawa dulu begitu akrab.

Setiap kali aku menulis, aku melepaskan beban. Kalimat demi kalimat adalah karung pasir yang kulempar ke laut, agar perahu ini lebih ringan. Tapi anehnya, ada beban yang tak bisa kubuang---karena di antara muatan yang berat itu, tersembunyi serpihan keindahan yang pernah membuatku hidup. Melepaskannya sama saja dengan menghapus bagian dari diriku sendiri.

Aku berjanji pada diriku sendiri: suatu hari nanti, aku akan berhenti mendayung. Aku akan berhenti menulis di blog ini jika laut di hatiku sudah benar-benar tenang. Jika ombaknya tak lagi memanggil namamu. Jika aku bisa menatap horizon tanpa menoleh ke belakang. Saat itu tiba, perahu ini akan kukandaskan di pantai asing, kutinggalkan begitu saja tanpa rasa ingin kembali.

Namun, untuk saat ini, perahu itu masih berlayar. Dan aku masih duduk di atasnya---menatap jejak buih yang memudar di belakang, sambil berharap jarak yang memisahkan aku dan pelabuhan itu semakin panjang. Setiap tulisan di sini adalah kayuhan kecil, mungkin tak terasa besar, tapi aku tahu... sedikit demi sedikit, aku sedang bergerak menjauh.

Aku tidak tahu kapan akan sampai. Mungkin butuh musim berganti berkali-kali. Mungkin aku harus melewati malam-malam panjang di tengah laut, hanya ditemani bintang yang memantulkan kembali ingatan yang coba kupadamkan. Mungkin aku akan singgah di pulau-pulau kecil, tempat aku belajar berdamai dengan sunyi, sebelum kembali mendayung lagi.

Tapi aku percaya, setiap kata yang kutulis adalah peta kecil---peta yang membawaku menuju sebuah pulau yang lebih tenang, di mana rasa ini tak lagi menjadi luka, melainkan sekadar cerita yang pernah hidup di masa lalu.

Dan mungkin... ketika hari itu datang, aku tidak akan sadar bahwa aku sudah tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun