Mohon tunggu...
Abdul Rahman
Abdul Rahman Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan penulis

Kenikmatan yang diberikan Allah juga ujian.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Keluarga Soemijat (7)

11 Agustus 2019   22:34 Diperbarui: 11 Agustus 2019   23:33 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Menahan Kesedihan

Seperti meteor yang melintas dengan cepat di angkasa raya, menerangi sekitar, lalu kemudian hilang. Saking cepatnya lesatan meteor  itu, hingga nyaris tak punya kesempatan untuk merasakan kilau cahayanya.

Itulah barangkali perumpamaan, perasaan yang dirasakan Soemijat. Semua berlalu begitu cepat. Kebahagiaan berlalu sudah, tak sempat untuk tertegun. Kebahagiaan mempunyai istri yang cantik dan penurut. Lalu dikaruniai seorang putri yang cantik dan manis. Lalu dikaruniai seorang anak laki-laki yang tampan.

 Tapi tak lama kemudian, anak lak-laki yang tampan itu harus kembali. Belum sempat air mata menetes, istri yang cantik itu juga meninggalkan dirinya. Persoalannya, Soemijat, tak boleh menunjukkan kesedihan di depan umum. Bahkan dirinya tak mengijinkan matanya untuk meneteskan air mata.

Soemijat memegang teguh prinsip bahwa seorang guru itu harus bisa digugu dan ditiru (ucapannya dapat dipercaya dan perilakuknya dapat djadikan contoh-pen). Jangankan itu, menurutnya seorang guru itu tidak boleh guneman seru (berbicara keras-pen). Bicara saja keras saja tidak boleh. 

Sehingga menurut dirinya, menampilkan kesedihan di depan umum kurang pantas. Harus tetap terlihat wajar. Tetap ramah dan senyum. Untuk menjaga keseimbangan, untuk menghibur hatinya  yang lara  Soemijat banyak melakukan kegiatan.

Pagi  hingga siang hari untuk bekerja, sore harinya kalau tidak main bola bermain badminton.  Malamnya, Soemijat  bersama teman-teman guru bermain kartu. Lengkap sudah. Tak ada waktu kosong untuk melamun dan meratapi kesedihan. Semua diisi dengan kesibukan dan kesibukan.

Sesungguhnya, Soemijat telah mendapat bocoran. Ada seorang guru spiritual yang telah membacakan perjalanan hidup Soemijat ke depan. Tapi Seomijat tidak mau terpaku pada pembacaan itu. 

 Dan saat peristiwa kematian menimpa anak dan istrinya, Soemijat seperti mencontreng, apa yang telah dikatakan gurunya. Menurutnya, hidup yang dijalani tinggal menjalani. Semua sudah diatur. Kehendak Tuhan telah ditulis. Tiap -- tiap episode telah mendapat  bocoran singkatnya.

Tapi tetap saja tak bisa lari dari kesedihan. Bukankah setiap orang sudah mengetahui akan datangnya kematian? Tetapi ketika kematian itu benar-benar datang tak bisa juga menghindar dari kesedihan.  

Seperti satu paket. Kelahiran  datang bersamaan dengan kebahagiaan, dan kematian datang bersama kesedihan. Manusia tidak bisa berharap gelombang samudera berhenti ketika akan melintas di atasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun