Mahar
Banyak yang disodorkan atau ditawarkan relawan politik saat mereka tahu bahwa partai sangat jelas memiliki  kelemahan dalam hal rekruitmen calon pemimpin.
Kita bisa menyaksikannya, bentuk-bentuk mahar itu berupa konpensasi program, kedudukan, jabatan dan bentuk lain yang dinilai memberi keuntungan saat kandidat berhasil  duduk di kursi kekuasaan.
Ada hiruk pikuk politik yang kental dalam proses mengisi jabatan-jabatan politik baik itu pada lembaga pemerintahan, perusahaan negara, hingga jajaran kabinet. Â
Dalam kondisi ini, wajah pemerintahan menjelma seperti keriuhan suatu acara bacakan, berbagi kue kemenangan berdasarkan janji-janji yang sudah dibangun sebelumnya.
Suka dan kecewa saling bertabrakan menyertai jalannya pembagian yang dinilainya pas atau tidak sesuai jenis tuntutan.
Bagaimana rakyat kemudian memperhatikan hal ini? Kehidupan rakyat banyak, dinilai jauh dari hiruk pikuk bagi-bagi porsi kekuasaan itu.
Menonton adalah pilihan paling memungkinkan dilakukan rakyat atau bahkan diantaranya menjadi membuang pandangan karena muak dengan keadaan.
Kerelawanan dalam kancah politik sangat mengalami pergeseran makna-maknanya. Sikap sukarela berbuah tuntutan transaksional.
Relawan yang semula tampil sebagai pendobrak kebekuan partai politik, lama-lama malah membaur dengan pola-pola instan berpolitik yang dilakukan partai.
Sungguh miris dengan realitas yang ada seperti itu. Adakah tawaran lain memperbaiki citra politik dalam negeri kita?