Bandung, 9 September 2022
Malam mengantarkan saya kepada sebuah kenangan, ketika saya diterpa kegelisahan karena menyaksikan keadaan sekitar kampung. Bencana yang menimpa, ketakutan karena pandemik Covid -19, menghantui setiap jiwa.
Dalam dunia ekonomi, perkantoran diliburkan, usaha orang bangkrut, karyawan di pecat, harga-harga malambung tinggi, arus barang terhambat, transportasi menjadi sulit. Bepergian kemana-mana adalah bahaya yang menakutkan bagi banyak orang.
Akhirnya, dalam sebuah kekompakan massal, semua memilih diam di rumah. Menghalau penyakit tanpa pergi ke dokter lagi karena khawatir malah tertular pandemi, sementara keadaan sakit terus menyerang tidak karuan.
Tidak ada lagi orang tempat bersandar di luar rumah sana. Kepada kaum ulama atau pemuka agama, saya menjaga jarak. tempat peribadatan sepi dengan gerbang-gerbangnya yang terkunci. Berkunjung kepada orang tua atau sanak saudara mengundang kecurigaan jangan-jangan membawa bibit wabah.
Dunia pendidikan, menerima imbas yang dahsyat. Kesempatan mengenyam pelajaran di sekolah, pupus karena semua ruang kelas tertutup rapat. Guru-guru ketakutan untuk mengajar. Siswa dikembalikan kepada masing-masing orang tuanya dan berharap mendapatkan bimbingan ibu bapaknya yang berkemapuan sedaanya saat membimbing anak belajar di rumah.
Bagi orang tua yang juga harus sibuk bekerja atau mengais rejeki saat pandemi, anak entah dititipkan kepada siapa. Kecemasan membuncah tiada arah. Kepastian keadaan akan berubah membaik, nyaris sulit diperoleh.
Sepi malam tiada terkira. Dalam keremangan hanya mampu mengurut dada. Memikirkan apa yang harus kutempuh melewati masa-masa sulit dan penuh keterbatasan bergerak ini.
Sementara dalam diri saya, melekat gelar kesarjanaan. Suatu predikat yang diperoleh dari hasil usaha melewati tantangan disiplin pendidikan tertentu. Diri dan gelar itu hanya bisa berdiam bersama dalam tanya yang juga tak kunjung usai.
Rasa frustasi, kesal, putus asa atau bimbang mengarungi hidup kerap merasuki diri dan terus menekan. Ketiadaan panutan, jauh dari para pemberi nasihat dan berjarak dengan orang-orang yang dulu sangat dipercaya. Hidup sunyi dan berjalan bersama kepasrahan.