"Jika ingin bahagia, jangan Jadi karyawan"
- Bob Sadino
Ketika menuliskan judul ini saya merasa seperti menyindir dan menyentil diri saya sendiri, karena sampai saat ini saya sendiri pun masih seorang karyawan di salah satu instansi. Menulis hanyalah sebagai tempat saya menyalurkan hobi serta pikiran saya tentang sesuatu.
Terkadang banyak hal yang tidak bisa kita ucapkan walau banyak suara-suara tentang pikiran tersebut di kepala kita dan pada akhirnya menulis adalah solusi untuk menuangkan berbagai macam alam pikiran itu dengan segala keunikan nya.
Saya katakan sesuai judul diatas, jika ingin bahagia jangan jadi karyawan, pertanyaannya mengapa saya katakan seperti itu, jawabanya karena saya pernah di kedua sisi, menjadi karyawan ataupun menjadi bos atas usaha saya sendiri.
Dan saya dapati bahwa menjadi bos atas diri sendiri adalah hal yang lebih nikmat, sekalipun perjuangan akan lebih menantang dan tidak pasti, tapi setelah saya pikir-pikir memangnya apa yang pasti dalam hidup ini?, bagi saya hanya satu, kematian.
Ya, hanya kematian yang pasti dalam hidup ini, siapapun akan mati juga pada akhirnya, entah dia raja, penguasa, orang kaya, orang miskin, atau siapapun dia pasti dia akan mati juga pada akhirnya.
Saya suka dengan ungkapan nabi ayub yang mengatakan "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya"
 Kalau kita memutuskan untuk bersedia jadi karyawan entah itu dalam institusi, perkantoran, koorporasi dan sejenisnya maka kita harus siap merelakan 2 hal paling berharga dalam hidup kita, yakni Ruang dan Waktu.
Ruang yang saya maksud adalah, anda harus turut, tunduk, dan taat terhadap perintah, anda tidak bisa mengatakan "hari ini aku mau naik gunung ah, bekerja dari sana saja." Atau "aku mau kerja di kafe aja hari ini ah", itu tidak bisa anda putuskan sesuka anda ketika anda menjadi karyawan. Karena anda harus tunduk dan taat terhadap aturan yang ditentukan oleh perusahaan tempat anda bekerja.
