Mohon tunggu...
tegarsianipar
tegarsianipar Mohon Tunggu... Freelancer - "Si Vis Pacem, Para Bellum"

Buku, Saham, Musik, Bola dan Imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menipu Otak Agar Belajar

20 September 2022   12:58 Diperbarui: 20 September 2022   13:02 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk peserta yang menerima peringatan pengurangan point ratio kesuksesannya adalah 52% namun untuk peserta yang tidak mendapatkan pengurangan sama sekali ratio kesuksesannya 68% perbandingan 16% yang cukup besar hanya berdasarkan pesan yang berbeda, data berikutnya yang diambil Mark adalah jumlah percobaan rata-rata pemain agar berhasil yang bisa dilihat di kotak warna oranye, untuk orang yang mengalami pengurangan point sebanyak 5 percobaan dan untuk mereka yang tidak menerima pengurangan point adalah 12 percobaan, dari sini Mark mengambil kesimpulan bahwa mereka yang tidak melihat sisi negatif dari kegagalan mencoba 2 kali lipat lebih banyak daripada mereka yang kekurangan point.

Sebagai hasilnya mereka lebih fokus ke keberhasilan dan mungkin belajar lebih banyak, trik dari belajar lebih dan meraih kesuksesan lebih banyak adalah dengan mencari cara yang benar untuk membuat kerangka belajar, Mark berkata "Bagaimana jika kita belajar tanpa memikirkan kegagalan, berapa banyak keberhasilan yang bisa kita raih ? berapa banyak kita bisa belajar ?"

Sudut Pandang Terhadap Kegagalan

Tidak bisa kita pungkiri kegagalan adalah suatu hal yang mengerikan, ketakutan akan gagal seringkali menjadi alasan kita tidak melakukan sesuatu, manusia seringkali terlalu fokus pada pandangan orang lain, kita sering takut mencoba hal baru karena merasa malu dipandang konyol oleh orang lain, "Rasa takut menjadi alasan kita tidak pernah mencoba"

Tapi mungkin bukan kegagalan itu yang menakutkan, barangkali cara kita melihat kegagalanlah yang menakutkan. Sebagai contoh, kita bisa melihat eksperimen yang dilakukan oleh Mark, kedua grup gagal, tapi mereka mendapatkan kesan yang berbeda, untuk sebagian peserta itu sesimpel silahkan coba lagi namun untuk sebagian yang lain "Kamu kehilangan nilai, silahkan coba lagi" mereka menyerah lebih cepat dari pada sebagian lagi yang tidak melihat adanya pengurangan point.

Sudut pandang kita akan kegagalan juga seperti itu, kita melihat kegagalan sebagai sesuatu yang buruk dan menyakitkan, kita berpikiran bahwa itu tidak seharusnya terjadi, kita merasa harus menyembunyikan kegagalan kita dari orang sekitar yang mungkin akan menilai kita buruk.

Super Mario Effect

Mark memperkenalkan "Super Mario Effect" dengan mengambil game Super Mario sebagai contoh bagaimana kita menerapkan konsep ini.

Mark bercerita sewaktu dia kecil game itu sangat terkenal, temannya akan bertanya "Kamu sudah sampai level berapa ?" mereka tidak pernah bertanya tentang rincian bagaimana mereka mati di dalam game, dia bilang tidak ada orang yang mencoba game itu untuk pertama kalinya dan langsung menyerah.

Dia berkata ketika kita masuk ke dalam lubang kita akan mengingat caranya untuk selamat di kesempatan berikutnya seperti lari lebih cepat dan melompat agak telat agar bisa melewati lubangnya, fokus dan obsesi kita akan tertuju untuk menaklukan game itu agar kita bisa bertemu dengan Princess Peach bukan dengan betapa bodoh kita kelihatannya saat menabrak pipa dan jatuh ke lubang.

Hasil dari sikap itu akan membantu kita dalam belajar bagaimana cara untuk mencapai tujuan kita daripada berfokus pada kegagalan yang kita alami sewaktu melakukannya, kita berfokus bagaimana cara mencapai keberhasilan, konsep Super Mario Effect ini bisa kita terapkan di dalam kehidupan kita, layaknya anak kecil yang sedang belajar berjalan, mereka tidak akan berhenti hanya karena jatuh sekali mereka akan mencobanya lagi hingga bisa berjalan dengan lancar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun