Aku bukan sjahrir yang pandai berunding
Aku ini tan malaka yang keras kepala
Aku benci ketakutan, penindasan
Tapi aku tunduk karna hukum kasih
Apakah orang semacam itu boleh melakukan perlawanan?
Apakah manusia hanya diciptakan melawan didalam pikiran?
Sampai kebencian nya membusuk dihati?
Aku memilih tidak, aku memilih sastra sebagai gagang, dan puisi sebagai besi runcing di ujung tombaknya.
Kusiapkan untuk menusuk
Menusuk setiap jiwa yang terdesak
Terdesak Pikiran yang ditawan kekhawatiran
kekhawatiran pada masa depan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!