Mohon tunggu...
Kadek Tegar Roestika
Kadek Tegar Roestika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Undiksha

scenes from a memory

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keunikan Banten sebagai Sarana Sembahyang Umat Hindu

5 Juli 2022   21:13 Diperbarui: 5 Juli 2022   21:29 1857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setelah acara persembahyangan tersebut selesai banten tersebut tidak akan sah jika tidak mendapat tirtha pengurip bebanten dan masih merupakan rangkaian bunga dan buah-buahan. 

Adapun asal-usul banten ada ketika Rsi Markandeya datang ke Bali pada abad ke-8 saat kedatangan beliau ingin membuka daerah baru bersama pengikutnya, di daerah kabupaten Gianyar sekarang, di daerah itu banyak pengikut dari Rsi Markandeya banyak yang meninggal. Pada saat itulah beliau memutuskan untuk kembali ke Gunung Raung untuk bersemadi mencari penyebab bencana tersebut terjadi kepada para pengikutnya. 

Setelah bersemedi cukup lama akhirnya Rsi Markandeya menemukan/mendapatkan Wahyu dari Tuhan Yang Maha Esa, penyebabnya bahwa tanah yang ada di Bali tidak sama dengan tanah yang ada di daerah lain. 

Seharusnya sebelum menempati tanah di Bali seharusnya membuat Upakara terlebih dahulu atau bisa disebut istilahnya meminta izin terlebih ketika ingin menempati tanah tersebut. Di Bali upacara tersebut bernama "Pangrawutan". Sejak saat itulah Rsi Markandeya beserta pengikutnya melakukan tradisi upacara dengan menggunakan Banten, serta masih banyak beliau mengajarkan upakara di Bali, serta berkembang hingga saat ini.

Banten saat sudah menjadi budaya yang mendarah daging pada umat Hindu di Bali. Seiring berkembangnya zaman sampai sekarang banten masih dijaga kelestariannya dan menjadi warisan budaya yang akan terus dikembangkan sampai generasi selanjutnya. 

Pada pembuatan banten diperlukan praktik yoga, untuk memusatkan pikiran karena pada dasarnya proses pembuatan Banten tidak hanya memiliki nilai kreativitas atau estetika tetapi juga memiliki proses dalam Yoga karena lebih mengutamakan nilai-nilai dari kesucian. 

Orang yang membuat banten di Bali disebut dengan wiku tapini dengan posisi bajrasana dan padma asana berfungsi untuk memusatkan pikiran kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk melakukan aktivitas penuh makna dan kesucian. 

Banten disini juga mengajarkan perempuan untuk melatih kreativitasnya dan kepintarannya dalam membuat banten tersebut, di Bali dinamakan mejejaitan. Banten di Bali juga bisa dijadikan ladang bisnis, banyak dagang banten di Bali dan tersebar di berbagai daerah dengan tarif harga rendah sampai mahal. 

Tetapi banyak kritik dari masyarakat khususnya pejabat. Kritik ini disebabkan karena bisa menyebabkan menurunnya masyarakat yang membuat banten dan beralih ke membeli karena berpikir lebih praktis, sehingga jika dari sekarang banyak orang yang membeli banten maka pada generasi sebelumnya pembuatan banten akan musnah. 

Pembuatan banten ini juga dimiliki makna untuk kebersamaan, karena ada salah satu banten yang harus dikerjakan bersama-sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun