Mohon tunggu...
Kadek Tegar Roestika
Kadek Tegar Roestika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Undiksha

scenes from a memory

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keunikan Banten sebagai Sarana Sembahyang Umat Hindu

5 Juli 2022   21:13 Diperbarui: 5 Juli 2022   21:29 1857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mayoritas penduduk di Bali menganut agama Hindu, hal ini terutama terkait dengan masyarakat Bali yang tinggal di pulau tersebut. Pemujaan pada Umat Hindu di Bali terdapat bentuk yang berbeda karena menggabungkan animisme lokal, pemujaan leluhur. 

Semua Agama di dunia memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, serta memiliki keunikan dari Agama tersebut. Seperti dalam bentuk sarana yang digunakan untuk memuja Tuhannya.

 Dalam Agama Hindu sarana tersebut dinamakan Banten. Banten ini merupakan sarana yang digunakan masyarakat Hindu di Bali untuk menghaturkan bakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Umat Hindu terkenal mempunyai banyak tempat untuk sembahyang atau memuja Tuhan, tempat tersebut bernama Pura. 

Pura ini menjadi tempat memuja dewa-dewa dalam Umat Hindu, untuk memasuki pura tersebut para umat Hindu harus menaati beberapa peraturan/tata tertib yang tertera seperti menggunakan pakaian sembahyang yang sesuai dengan budaya kita, datang ke pura dengan sopan. 

Pada umumnya masyarakat Hindu ketika sembahyang akan membawa banten, disinilah fungsi banten tersebut yaitu untuk kita haturkan di pura tersebut, tanpa adanya sarana persembahyangan, rasanya bakti kepada Ida Sang Hyang Widhikurang hidmat. Banten ini kebanyakan berisi seperti buah-buahan, jajan, canang serta hasil bumi lainnya, ada juga yang namanya dupha/api, dan selanjutnya air ketiga sarana tersebut mempunyai fungsi masing-masing. 

Mari kita membahas fungsi dari satu persatu sarana tersebut yang pertama yaitu bunga(canang) di fungsikan sebagai simbol Tuhan (Siwa) dan sebagai persembahan, bunga ini akan ditata terlebih dahulu sebelum kita berangkat ke pura yang disebut sebagai canang, 

sebagai simbol Tuhan diletakkan di ujung cakupan tangan pada saat menyembah dan sesudahnya bunga tersebut diletakkan di atas kepala atau bisa juga disumpingkan ke telinga, bunga juga dijadikan perlambang ketulus ikhlasan dan kesucian hati untuk menghadap sang pencipta. 

Yang kedua dupa, sejenis harum-haruman yang dibakar sehingga berbau harum dan menyala diartikan sebagai lambang Agni difungsikan sebagai perantara  yang menghubungkan pemuja dengan yang dipuja, bisa juga sebagai pembasmi segala hal yang jahat, dan terakhir saksi dalam upacara. 

Dan yang ketiga yaitu air (Tirtha) merupakan sarana penting dalam persembahyangan, jenis-jenis air yang digunakan pun dibedakan dua macam yaitu (1) air untuk pembersihan secara fisik, (2) air suci (Tirtha). Air suci ini berfungsi untuk pembersihan diri dan kecemaran pikiran sabda, bayu, dan idep, nah dalam persembahyangan tirta juga berfungsi untuk pembukaan dan penutup. 

Tirtha bisa dibuat oleh Pendeta/Dwijati, tetapi dengan berkembangnya budaya siapa saja boleh membuat tirta sesuai dengan desa kala dan patra dengan cara nuun kehadapan dewa Siwa. 

Disinilah semua unsur tersebut disatukan menjadi banten, yaitu banten yang terdiri dari bunga dengan wujud canang, selanjutnya harus disertai dengan dupha/api, setelah itu melengkapi sarana banten tersebut dengan air. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun