Abdul seorang siswa kelas 12 di SMA Negeri 1 Sanggau yang kini berusia 17 tahun,
memanfaatkan liburan semester kali ini untuk melakukan kunjungan ke Sarawak.Â
Menurut informasi yang diberikan ini adalah perjalanan pertama liburannya ke Sarawak.
Pada hari kamis, tanggal 26 Desember tahun 2024, sekitar pukul 07:00 Waktu
Indonesia Barat (WIB), Abdul bersama keluarganya memulai perjalanan menuju Sarawak
Malaysia tepatnya didaerah Bintulu. Keberangkatan dimulai dari titik kediamannya di
Kecamatan Meliau Kabuptaen Sanggau, Abdul pergi bersama kedua orang tuanya
menggunakan kendaraan mobil pribadi.
Di tengah perjalanan, Abdul bersama keluarganya singgah disalah satu rumah makan
yang berada di daerah Bodok untuk beristirahat sejenak, sebelum melanjutkan perjalanan.
Abdul mengeluarkan biaya sekitar Rp100.000 untuk makan ditempat tersebut, serta Rp700.000
untuk mengisi bensin di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang ada di
Bodok.
Kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanannya dari Bodok menuju ke Simpang
Tanjung yaitu jalan arah menuju ke perbatasan yang dimana melewati daerah Kembayan, Balai
Karangan, hingga sampailah ke perbatasan Entikong yang ditempuh selama kurang lebih 3 jam
30 menit.
Sesampainya di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Indonesia (Entikong) -- Malaysia
(Tebedu) Abdul bersama keluarganya melakukan pemeriksaan dokumen, termasuk cap paspor
dan penukaran uang ringgit. Selain itu, mereka juga menjalani pemeriksaan barang dan
kendaraan oleh petugas setempat. Suasana di perbatasan sangat ramai, dengan antrean panjang
di bagian PLBN Indonesia. Banyak wisatawan, termasuk Abdul dan keluarganya, menunggu
giliran untuk mendapatkan cap paspor sebagai syarat memasuki kawasan Malaysia. Kepadatan
ini terjadi karena meningkatnya arus perjalanan liburan akhir tahun, terutama bagi masyarakat
Kalimantan Barat yang ingin berkunjung ke Sarawak. Setelah menyelesaikan pemeriksaan
dokumen di PLBN Indonesia, mereka melanjutkan proses serupa di bagian PLBN Malaysia.
Secara keseluruhan, proses di PLBN ini memakan waktu sekitar dua jam sebelum mereka dapat
melanjutkan perjalanan.
Setelah menyelesaikan semua urusan di perbatasan, Abdul dan keluarganya
melanjutkan perjalanan dari Tebedu Malaysia, menuju Serian, salah satu daerah di Sarawak.
Perjalanan menuju Serian berlangsung cukup mudah karena akses jalan dari perbatasan yang
luas dan dalam kondisi baik, sehingga hanya memakan waktu sekitar satu jam lebih.
Sesampainya di Serian, mereka memutuskan untuk bermalam di salah satu hotel yaitu Family
Inn Serian, sebelum melanjutkan perjalanan besok hari. Biaya sewa kamar hotel tersebut
sebesar RM100 atau sekitar Rp350.000 per kamar. Fasilitas yang tersedia di kamar hotel
meliputi pendingin udara (AC), televisi dan toilet.
Pada malam hari, mereka keluar untuk mencari makanan di restoran-restoran terdekat
yang ada di Serian. Abdul dan keluarganya menemukan salah satu restoran bernama Rosselo
yang menawarkan beragam pilihan makanan dan minuman seperti sup, makanan western
(Burger, Pizza), jus dan lain sebagainya. Mereka menikmati hidangan di restoran tersebut dan
menghabiskan biaya sekitar RM85 atau setara dengan Rp306.000.
Keesokan harinya, mereka melanjutkan perjalanan dari Serian menuju Bintulu. Dalam
perjalanan, mereka singgah di sebuah rumah makan di daerah Sri Aman. Mereka menikmati
hidangan seperti nasi ayam dan juga jus. Biaya yang dikeluarkan untuk makan ditempat
tersebut sekitar RM40 atau setara dengan Rp144.000. Kemudian kembali melanjutkan
perjalanan menuju Bintulu. Saat melewati kawasan Sarikei,, mereka berhenti di sebuah SPBU
bernama Petronas Diesel untuk mengisi bensin mobil dengan biaya sekitar RM200 atau sekitar
Rp700.000.
Setelah mengisi bahan bakar, perjalanan dilanjutkan melalui jalan bebas hambatan yang
dikenal sebagai Pan Borneo Higway. Jalan ini menghubungkan berbagai daerah di Sarawak
seperti Betong, Sarikei, Sibu, Selangau, Tatau, Bintulu, dan Miri. Dengan kecepatan rata-rata
60-80 km/jam. Perjalanan mereka memakan waktu sekitar 8-9 jam sebelum akhirnya tiba di
Bintulu.
Setibanya di Bintulu, mereka menginap di salah satu rumah keluarga yang terletak di
kawasan Kampung Baru selama kurang lebih satu minggu.Â
Selama disana, mereka berkesempatan mengunjungi salah satu destinasi wisata populer, yaitu Pantai Tanjung Batu.
Pantai ini menjadi tempat rekreasi favorit di Bintulu karena keindahan alamnya dan suasananya
yang nyaman. Disekitar Pantai, terdapat banyak warung dan rumah makan yang menawarkan berbagai
pilihan makanan dan minuman seperti mie, sate, ayam bakar, cendol, serta kelapa segar. Harga
makanan dan minuman ditempat ini cukup terjangkau, mulai dari RM1 hingga RM8. Biaya
yang dikeluarkan mereka untuk menikmati hidangan di warung sekitar pantai sebesar RM50
atau setara dengan Rp175.000. Selain itu, disediakan berbagai fasilitas seperti area parkir
kendaraan yang luas dan area khusus untuk menerbangkan layang-layang secara gratis, kecuali
jika ingin membeli layangan di lokasi. Tak hanya itu, terdapat banyak tempat menarik yang
dapat dijadikan sebagai objek fotografi, terutama untuk mengabadikan keindahan matahari
terbenam secara langsung. Pantai ini juga dikelilingi oleh berbagai tempat rekreasi, seperti
Taman Tumbina dan Lapangan Golf Bintulu, serta area khusus Piknik. Menariknya, didepan
pantai terdapat pulau-pulau kecil yang dapat dikunjungi saat air surut.
Abdul dan keluarga juga mengunjungi tempat rekreasi lainnya, yaitu Taman Tumbina,
perpaduan antara kebun binatang dan taman tumbuhan yang dirawat dengan baik. Di dalamnya
terdapat berbagai jenis flora dan fauna yang dilindungi. Berdasarkan informasi dari peta taman,
Taman Tumbina Bintulu buka setiap hari mulai pukul 09.00 hingga 16.30 waktu setempat.
Untuk masuk, pengunjung dewasa dikenakan tarif sebesar RM2 atau sekitar Rp7.000,
sedangkan anak-anak dikenakan biaya RM0,50 atau sekitar Rp1.750. Pada saat berada di
gerbang utama, pengunjung dapat meminta peta taman sebagai panduan selama berkeliling. Di
dalam taman ini, terdapat beragam jenis binatang yang dilindungi, termasuk Burung Rangkong,
Flamingo, dan Buaya, serta banyak spesies lainnya. Salah satu daya tarik unik dari taman ini
adalah keberadaan sebuah rumah Kupu-Kupu yang memungkinkan pengunjung menyaksikan
langsung berbagai jenis Kupu-Kupu berwarna-warni yang beterbangan bebas di habitat
alaminya. Selain itu, taman ini juga memiliki koleksi Anggrek yang menjadi salah satu daya
tarik utama bagi pengunjung. Berbagai jenis tanaman Anggrek yang indah tersimpan rapi
dalam sebuah area khusus bernama Orchid Garden.
Selain Taman Tumbina, terdapat juga area bernama Jungle Trekking di Bukit Tumbina.
Tempat ini difungsikan sebagai jalur untuk menjelajahi hutan-hutan di sekitar kawasan bukit
tersebut dan menyediakan fasilitas penyewaan peralatan pendakian. Selama perjalanan,
pengunjung dapat mengeksplorasi berbagai jenis tanaman liar, mengamati pohon-pohon besar
di sekitarnya, serta menelusuri beberapa aliran sungai kecil yang masih aman untuk dilalui.
Perjalanan menuju puncak Bukit Tumbina dapat ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 1,5 km.
Setibanya di puncak, pengunjung akan disuguhkan pemandangan yang menakjubkan, termasuk
hamparan Pantai Tanjung Batu yang indah serta panorama kota Bintulu yang terlihat jelas dari
ketinggian.
Hari keempat berada di Bintulu, mereka juga mengunjungi salah satu mal yang ada di
Bintulu, yaitu Spring Mall. Di sana, mereka berbelanja di sebuah supermarket untuk membeli
berbagai kebutuhan keluarga, mulai dari susu, beras, snack, air kaleng, kue kering, makanan
kucing, tisu, telur, minyak sayur, daging, hingga perabotan rumah tangga. Selain itu, mereka
juga membeli beragam jenis makanan dan minuman khas Sarawak, seperti kerupuk ikan, udang
kering sambal, sotong kering, kue kering, air kaleng kelapa, minuman isotonic F&N, serta mie
instan seperti Maggi dan Milo. Tak lupa, mereka juga membeli kue lapis Sarawak sebagai oleh-
oleh untuk dibawa pulang ke Indonesia. Total biaya yang mereka keluarkan untuk belanja di
supermarket ini sekitar RM759 atau setara dengan Rp2.656.500.
Setelah itu, mereka mengunjungi sebuah toko pakaian di dalam mall untuk membeli
beberapa pakaian. Mereka membeli dua helai baju dengan harga masing-masing RM55 atau
setara dengan Rp385.000, serta satu celana panjang seharga RM95 atau setara dengan
Rp332.500. Kemudian, Abdul dan keluarganya menyempatkan diri untuk menikmati makan
malam di sebuah restoran yang ada di mal, yaitu Steamboat (daging yang dimasak dalam kuah
kaldu panas). Biaya yang mereka keluarkan untuk makan di restoran tersebut kurang lebih
sekitar RM210 atau sekitar Rp735.000.
Keesokan harinya di Bintulu, mereka juga mengunjungi salah satu rumah saudara yang
berada di Batu 10. Setelah itu, mereka melanjutkan aktivitas dengan melakukan jogging pagi
bersama keluarga sambil menikmati suasana kota Bintulu. Sambil berolahraga, mereka juga
mampir ke salah satu pameran dalam acara Food Festival Bintulu yang diadakan di Lasar
Kenyalang Bintulu. Di sana, tersedia beragam jenis makanan dan minuman yang dijual, seperti
laksa Sarawak, kolo mie, umai, kue lapis Sarawak, teh tarik, jus buah segar, serta berbagai
minuman dan makanan khas Sarawak lainnya. Abdul dan kedua orang tuanya tertarik untuk
mencoba kolo mie, salah satu hidangan khas Sarawak. Harga satu porsi kolo mie sendiri adalah
RM6 atau setara dengan Rp21.000. Secara keseluruhan, total biaya yang mereka keluarkan
untuk makanan dan minuman yang mereka beli di tempat tersebut mencapai RM35 atau setara
dengan Rp122.500.
Pada malam pergantian tahun, mereka memutuskan untuk ikut serta memeriahkan salah
satu acara yang diadakan di Lapangan Lasar Kenyalang. Di sana, terdapat berbagai acara yang
mencakup hiburan, pertunjukan budaya khas Sarawak, serta penampilan dari artis lokal yang
memeriahkan suasana. Selain itu, banyak acara yang menampilkan festival budaya etnik
Sarawak, seperti tarian tradisional Dayak Iban, Melayu, dan Melanau. Tak hanya itu, berbagai
gerai juga menyediakan aneka makanan, minuman, serta pakaian yang menjadi daya tarik bagi
para pengunjung. Namun, tujuan utama mereka adalah menyaksikan pertunjukan kembang api
yang menjadi puncak perayaan malam pergantian tahun. Suasana di Landscape Sarawak terasa
semakin meriah dengan ramainya pengunjung yang datang untuk menikmati berbagai hiburan
serta pertunjukan seni yang diselenggarakan.
Tata kota di Bintulu dapat dikatakan sangat bersih dan rapi. Lalu lintas di kota ini juga
terbilang tertib, terutama bagi pengendara roda dua dan roda empat yang umumnya mematuhi
peraturan. Meskipun demikian, kemacetan masih sering terjadi di beberapa titik, meski tidak
sampai menimbulkan kepadatan yang berlebihan."
Setelah menghabiskan beberapa hari menjelajahi keindahan Bintulu, besoknya mereka
akan kembali ke tanah air. Meskipun liburan telah berakhir, perjalanan menyusuri kota Bintulu
menjadi pengalaman berharga bagi Abdul. Ia dapat menyimpan banyak kenangan dari setiap
sudut kota, mulai dari mempelajari tempat-tempat rekreasi, tata kota yang tertata dengan baik,
hingga mengenal keanekaragaman etnik dan budaya yang ada di Sarawak
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI