Mohon tunggu...
Teddy Sukma Apriana
Teddy Sukma Apriana Mohon Tunggu... Teknisi - Seorang teknisi yang nyambi jadi blogger

Memberi inspirasi untuk dijadikan referensi kehidupan, sehingga memunculkan semangat revolusi dalam hidup.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Situs Video Sharing Lokal, Menyaingi Youtube atau Demi Gengsi?

1 Februari 2016   16:17 Diperbarui: 2 Februari 2016   09:43 1657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, mayoritas pengguna Google tidak "ngeh" dengan fitur tersebut. Alhasil, saingan stasiun TV sebenarnya hanya dengan Youtubers aktif yang mengerti akan fitur tersebut. Konyolnya, phak stasiun TV di Indonesia "menyamaratakan" semua pengguna Google tersebut sebagai "pesaing". Sehingga terjadilah sikap yang diambil oleh pihak SCM kepada video-video Youtuber yang berhubungan dengan konten-konten TV mereka.

Namun jika kita amati lebih detail, kehadiran situs video sharing "lokal" meTube dan vidio.com ini juga merupakan salah satu bentuk persaingan mereka dalam "rival abadi" pertelevisian Indonesia antara MNC dan SCM. Mengapa? Kita lihat dari seringnya pihak RCTI (MNC) dan SCTV (SCM) beradu kekuatan dalam menarik perhatian pemirsa di jam prime-time. Saya ambil contoh dari peristiwa yang akan terjadi hari ini (1 Februari 2016), dimana pihak RCTI akan menayangkan sinetron unggulan mereka, Anak Jalanan, sebanyak 3 episode.

Di hari yang sama, SCTV akan merilis sinetron terbarunya, yaitu Elif Indonesia, Orang-Orang Pilihan, dan Rahasia Hati. Dan jam tayangnya pun sama-sama di jam Primetime! Bayangkan bagaimana persaingannya nanti di layar kaca. Kembali ke topik, kehadiran meTube dan vidio.com ini bisa dibilang merupakan adu gengsi antara grup media MNC dengan SCM.

[caption caption="Twit dari akun twitter @MEGASINEMARCTI tentang durasi Anak Jalanan yang akan lebih lama"]

[/caption]Namun, saya melihat bahwa apa yang dilakukan oleh MNC dan SCM dengan meTube dan vidio.com dalam bersaing dengan Youtube merupakan salah satu fitur "pelengkap" dalam layanan VOD (Video on Demand).

Mengapa? karena sebenarnya Trans Media juga sudah melakukannya melalui layanan myTrans. Walaupun, myTrans ini lebih berfokus pada layanan VOD ketimbang menambahkan fitur video sharing seperti meTube dan vidio.com. Dan kita juga bisa melihat di masing-masing situs, meTube lebih menekankan VOD dari konten stasiun TV di bawah naungan MNC (RCTI, GlobalTV, dan iNewsTV. MNCTV tidak saya masukkan karena statusnya yang seharusnya sudah kembali menjadi TPI oleh Mbak Tutut) dan vidio.com yang lebih menekankan VOD dari konten stasiun TV di bawah naungan SCM (SCTV dan Indosiar. O Channel tidak saya masukkan karena kontennya yang kebanyakan home shopping).

Jika MNC dan SCM juga mengunggulkan VOD dalam situs video sharingnya, mengapa mereka tidak bisa melakukan hal yang dilakukan oleh NET.? Stasiun TV baru yang digagas oleh Wishnutama ini sudah mengintegrasikan semua acaranya dalam channel resminya di Youtube. Bahkan, ketika NET. akan melakukan Grand Launching, promosinya bahkan sampai kita harus melihat iklan Grand Launchingnya dulu sebelum menonton video di Youtube (video mashup dari lagu Carly Rae Japsen ditambah musisi pengisi acar Grand Launching NET.) Dan kini, semua acara NET.

bisa kita saksikan melalui channel resmi NET. saja, tanpa perlu kita berkunjung ke website lain. Bahkan, live streamingnya pun menggunakan layanan Youtube. Hal tersebut karena NET. sudah menjadi partner resmi Youtube di Indonesia. Ide untuk mengintegrasikan Youtube ini merupakan gagasan dari Wishnutama dalam konsep Multiplatformnya. Meskipun, proyek Multiplatform "percontohan" ini sudah dilaksanakan pada myTrans, ketika Wishnutama masih menjabat sebagai Direktur Utama TransTV.

Jadi, apa yang sudah dilakukan oleh MNC dan Emtek (SCM) dengan meTube dan vidio.com-nya dalam mengintegrasikan VOD dengan video sharing merupakan langkah tegas mereka terhadap netizen yang mengupload konten TV-nya secara ilegal. Hal tersebut juga merupakan langkah dalam bersaing dengan Youtube sebagai pemain utama dalam persaingan video sharing, dan sekaligus juga merupakan adu gengsi dalam pertelevisian Indonesia. Kita sebagai masyarakat yang sudah paham Internet, harus bisa memahami makna dari hak cipta sebuah karya, baik video-video orisinal buatan Youtuber, dan juga acara-acara stasiun TV produksi in-house atau produksi PH (production house). Jangan sampai, kita tidak peduli dengan masalah ini.

Tetapi, dampak negatif kemunculan situs video sharing lokal yang terintegrasi dengan VOD stasiun TV, adalah timbulnya kesan "eksklusif" dari pihak stasiun TV akan konten-kontennya. Jika MNC dan SCM bisa belajar dari apa yang sudah dilakukan oleh NET. di Youtube, saya yakin stasiun TV tersebut akan belajar untuk "merakyat" dengan kebiasaan internet masyarakat Indonesia yang masih sering mengakses Youtube sebagai hiburan alternatif selain TV.

Semoga kemunculan situs video sharing lokal ini bisa memicu munculnya startup-startup baru Indonesia yang hadir dengan ciri khasnya masing-masing. Namun, terlepas dari persaingan di bisnis video sharing ini, saya berharap agar monopoli dalam penyiaran Indonesia tidak terjadi, baik di udara maupun di dunia maya, karena penyiaran merupakan hal yang diperuntukan untuk publik. Saya juga berharap semoga dunia pertelevisian Indonesia bisa beradaptasi dengan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang lebih senang berkutat dengan media Internet ketimbang media mainstream (TV, radio, dan media cetak).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun