Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengingat Rendra Si Burung Merak (Alm)

12 Agustus 2021   18:34 Diperbarui: 12 Agustus 2021   18:40 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.wikipedia.sesi penampilan Rendra

Seingatku Rendra wafat sepuluhan tahun yang lalu, 6 Agustus 2009.
Mulai kukenal sejak sekolah dulu,
tahun 94-96, terus ke tahun 2000an, menyimak dan belajar dari gairah pengungkapan dan visi besarnya: penyair tidak boleh mengulas anggur dan rembulan saja. Mesti membaca gejala, mengubah dan memberi daya.

Mungkin ia tidak mewariskan apapun, penyair lainpun mungkin begitu. Tapi ia telah mewarnai  sayap kebudayaan kita agar kuat, berani dan menjadi mercusuar. Bila tidak, kita akan selalu tertindas dan terus mengekor.

Lihatlah pendidikan kita, katanya, pelajaran Ekonomi tidak menjadikan prooduktif dan hemat. Tetapi konsumtif dan kaku sebagai SDM siap pakai.

Dan cintanya pada kata kata telah menjadi daya bagi orang orang sesudahnya. Walau akan sulit melampaui beliau. 

Sebab cinta dan kata katanya bukanlah murahan, bahkan pada kaum pinggiran, wanita wanita yang terjebak lumpur kehidupan. Semua menjadi kekasihnya.

 Tentu semua yang mengenalnya akan tersengat Daya dari gairah bahasa, wawasan dan keberaniannya.

Dengan posisi seperti itu ia tetap memandang mulia pekerjaannya, Sebab baginya menulis adalah perjuangan. Dia pernah diintrogasi tentara, dicekal .  Pun demikian sekali tampil di panggung dalam sesi baca puisi khasnya, ia pernah dibayar seharga 25 juta, harga yang mahal di era 80an akhir.

Menulis puisi dengan kompensasi sebuah rumah, adalah lumrah. Karena yang dia lakukan pekerjaan besar. Berkarya dengan kata adalah pekerjaan besar yang disiapkan penuh daya. Daya itu diperlukan karena penyair tidak boleh lepas dari masalah (denyut) kehidupan sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun