Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Sapardi dan Sebait Hujan

29 Juli 2021   11:03 Diperbarui: 29 Juli 2021   11:12 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia adalah sebait tuah
Tentang bagaimana mewariskan kata
Dengan daya makna, metafora
Namun sederhana dan tentu saja, indah.
Maka kata Sapardi:
Penyairlah yang mewariskan idiom baru
Dan menjelajah ragam ungkapan.

Puisi Sapardi adalah tunas tunas
Di kebun rimbun, dalam kurun puluhan tahun,
Puisi hanyalah jalan sunyi bagi Sapardi
Tanpa dikenal sebelumnya, kosong dan sendiri
Seperti hujan dan bunyi
Seperti api dan debu
Seperti hujan dan Juni
Seperti tangan waktu
Dan cinta yang sederhana.

Sebait Sapardi
Ialah eyang sepuh
Yang tiada rapuh oleh usia
mewarnai zaman dengan bait keabadian.

Sebait Hujan

Mari kita lupakan kemarau,
Kita nikmati kaki kaki hujan yang mungil
Sambil memandang langit tanpa risau.
Mungkin kaki kaki hujan itu bagai pisau pisau kecil
Yang menambah kerisauan.
Tapi bait hujan tetap sama:
Menguap dan menjuntai di awan
Lalu berlarian bersama angin.[]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun