Mohon tunggu...
Taufiq Agung Nugroho
Taufiq Agung Nugroho Mohon Tunggu... Asisten Peneliti

Seorang bapak-bapak berkumis pada umumnya yang kebetulan berprofesi sebagai Asisten Peneliti lepas di beberapa lembaga penelitian. Selain itu saya juga mengelola dan aktif menulis di blog mbahcarik.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Bertahan Hidup

2 Maret 2025   21:52 Diperbarui: 10 Maret 2025   00:24 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bertahan hidup (Sumber: Meta AI)

"Di tengah malam yang penuh bahaya, Zura si pemburu menghadapi lebih dari sekadar perjuangan bertahan hidup—ia dihadapkan pada pilihan yang bisa mengubahnya selamanya."

Malam membentang, sunyi, hanya suara jangkrik yang menggantung di udara. Di antara kegelapan, Zura mengepakkan sayapnya, mengambang dalam cahaya redup lampu teras. Ia bukan sekadar nyamuk. Ia adalah pemburu—dan malam ini, perutnya harus terisi.

Di bawahnya, Pak Bambang duduk bersandar, menyeruput kopi yang mengepul. Aroma manis bercampur pahit memenuhi udara. Namun bukan itu yang menarik Zura. Ia mencium jejak yang lebih kuat—karbon dioksida yang hangat, pelepasan tubuh manusia yang memanggilnya.

Zura meluncur.

Udara di sekelilingnya bergetar oleh detak jantungnya sendiri. Ia mendekat, kaki-kaki mungilnya hampir menyentuh kulit Pak Bambang. Sekali tusuk, ia bisa menghisap darah yang kaya zat besi, cukup untuk memberi kehidupan pada telur-telurnya.

TAP!

Sebuah kibasan mendadak merobek udara. Zura memutar tubuhnya cepat, menghindari angin yang ditimbulkan oleh tangan manusia itu. Ia naik, lalu mundur ke balik bayangan. Hampir saja.

Pak Bambang menggerutu, menggaruk lengannya. Ia menyesap kopinya lagi, lebih waspada.

Zura mengepak pelan. Percobaan pertama gagal. Tapi perburuan belum usai.

Dari dalam rumah, sebuah aroma lain menguar. Asam. Hangat. Keringat seorang anak kecil yang tertidur pulas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun