Mohon tunggu...
Taufiq A. Gani
Taufiq A. Gani Mohon Tunggu... ASN di Perpusnas, Peneliti di Indonesia Digital And Cyber Institute (IDCI)

Pembelajar dalam menulis

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Artikel Utama

AI Masuk Perpustakaan, Bukan Lagi Mainan Pribadi

7 September 2025   07:40 Diperbarui: 7 September 2025   13:13 1778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di tengah rak buku klasik, generasi baru membawa cahaya digital. Perpustakaan kini berpadu dengan AI dalam genggaman. (AI  Generated/Freepik)

Saya memimpin tim pustakawan yang mayoritas masih muda, rata-rata belum genap sepuluh tahun menjadi ASN. Mereka punya energi besar, semangat belajar tinggi, dan cepat sekali beradaptasi dengan hal baru. Tantangan saya justru bagaimana mengarahkan energi itu agar tidak tenggelam dalam rutinitas birokrasi.

Beberapa bulan lalu, saya mengambil satu langkah yang agak tidak biasa: menganggarkan langganan ChatGPT dari APBN. Dengan begitu, AI resmi menjadi bagian dari infrastruktur kerja kantor kami, bukan sekadar eksperimen pribadi.

Hasilnya terasa nyata. Kami menggunakan AI untuk menyusun dokumen perencanaan, membuat monitoring evaluasi, hingga mengukur dampak kegiatan pengembangan perpustakaan. Jika dulu laporan butuh waktu berminggu-minggu, sekarang cukup beberapa hari. AI membantu menyiapkan draft, sementara pustakawan fokus memperkaya data dan menajamkan analisis.

“AI membuat pondasi, pustakawan memberi jiwa.”

Perubahan ini bukan hanya soal kecepatan, tapi juga kualitas. Monitoring jadi lebih terstruktur, evaluasi lebih terukur, dan pembelajaran dari tiap kegiatan lebih jelas dirumuskan.

Bukankah ini yang selama ini kita harapkan dari birokrasi—kerja cepat, hasil terukur, dan pembelajaran yang terus berlanjut?

Sejak awal 2024, melalui tulisan di Kompas.id berjudul “Layanan Perpustakaan dan Kecerdasan Buatan Generatif”, saya sudah menekankan bahwa perpustakaan akan segera berhadapan dengan arus kecerdasan buatan generatif. Perubahan ini, saya tulis waktu itu, harus ditopang oleh kebijakan dan regulasi. 

Kini, pengalaman di forum maupun di kantor memperlihatkan betapa cepat prediksi itu menjadi kenyataan. Jurang adopsi AI tidak lagi soal kemungkinan, tapi soal keberanian kelembagaan untuk menutupnya.

Perpustakaan era AI: ruang kolaborasi manusia–mesin penjaga nalar publik.   (Gambar: AI Generated/Freepik)
Perpustakaan era AI: ruang kolaborasi manusia–mesin penjaga nalar publik.   (Gambar: AI Generated/Freepik)

Antara Kosmetik dan Redesign

Apa yang kami alami di kantor ternyata sejalan dengan teori manajemen Hammer dan Champy (2009). Menghadapi teknologi disruptif tidak cukup dengan otomatisasi, melainkan butuh perombakan fundamental atau business process redesign.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun