Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Derita Menjadi Orang yang "Bukan Siapa-siapa"

26 September 2020   17:28 Diperbarui: 29 September 2020   03:55 2333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang yang dianggap biasa-biasa saja. (sumber: phototechno via kompas.com)

Setelah itu, saya pulang. Dan, saya akan menjadi setia menunggu dengan sabar jawaban dari pihak bank. Namun, nasib ternyata tidak sesuai harapan, hingga beberapa hari bahkan beberapa minggu saya tidak juga memeroleh jawaban.  Saya akhirnya memutuskan mendatangi kembali kantor bank tersebut. 

Apakah saya berhasil pada kedatangan yang kedua? Ternyata tidak! Hasilnya tetap tidak sesuai harapan. Oleh pihak bank, saya malah diminta menemui staf lain yang kantornya ada di alamat yang berbeda. Huff...

"Terima kasih, mbak," saya pun pamit. Dan, besok, seperti yang disarankan, saya bergegas datang ke kantor yang lain yang alamatnya berbeda dari alamat kantor yang pertama.

Tapi, sekali lagi, nasib ternyata tidak sesuai harapan! Di kantor yang  kedua, saya memeroleh jawaban yang sama: "Nanti kami kabari. Ditunggu saja, ya pak".

Mengapa proposal saya tidak "disetujui"? Mengapa saya merasa "diabaikan"? Jawabannya pasti bisa banyak sekali. Bisa bermacam-macam. 

Tetapi, yang jelas, saya tidak tertarik menuliskannya. Yang saya ingat, yang masih tersimpan rapi di ruang memori di kepala saya, hanya satu hal: itulah derita yang ketiga menjadi orang yang "bukan siapa-siapa": diabaikan.

Menjadi orang yang bukan "siapa-siapa" itu sangat tidak enak: diabaikan dan kehilangan akses perbankan.

Itulah keadaan dan sedikit cerita lama saya, ketika menjadi orang "bukan siapa-siapa", yang, tentu saja sangat berbeda dengan keadaan saya hari ini.

Ya. Semuanya (kisah tentang saya) memang sudah sangat berbeda dengan kisah dulu. Contoh kecil saja; memeroleh kredit dari bank adalah sesuatu yang begitu mudahnya bagi saya hari ini. 

Hampir sebulan sekali, selalu saja ada dering telpon dari bank yang menawari saya rupa-rupa kredit; mulai mobil, rumah atau apartemen, asuransi, hingga townhouse. 

"Maaf, pak, jika bapak ada waktu, silakan bapak datang ke kantor kami, kepala bagian saya ingin berbicara langsung dengan bapak," kata staf bank dengan suara sangat ramah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun